Minggu, 10 Agustus 2014

Meniti Tali Silaturahmi

Oleh : Septiardi Prasetyo
          Pengajar Fisika di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation
          Unit MTC Kota Bandung

Dalam sebuah hadist, Rasulullah saw. Bersabda,“Maukah aku tunjukkan amal yang besar pahalanya lebih besar daripada shalat dan shaum?” tanya Rasulullah saw. kepada para sahabat. “Tentu saja,” jawab mereka. Beliau saw. Kemudian menjelaskan, “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambung tali silaturahim.” (HR. Bukhari-Muslim)
Saat bulan Ramadan kaum muslimin dimanjakan dengan berbagai ritual ibadah bernilai pahala berlipat ganda dibanding bulan lainnya. Baik itu shalat wajib plus sunnah tarawihnya. Shaum plus saur dan berbukanya. Tadarus, sedekah dan lainnya. Namun bulan Syawal pun memberi peluang kepada kita untuk memperoleh pahala yang jauh lebih besar dari shalat dan puasa yang digabungkan jadi satu, yaitu silaturahmi.
Secara umum silaturahmi bisa diartikan sebagai menyambungkan hubungan yang terputus. Baik itu diakibatkan jarak secara geografis, kesibukan maupun perselisihan. Maka kata kunci silaturahmi adalah menyambung hubungan yang putus. Sekarang yang menjadi pertanyaan apakah silaturahmi cukup dilakukan melalui telefon, sms atau media sosial.
Silaturahmi tidak sama dengan bertegur sapa atau bertukar kabar melalui media komunikasi. Karena silaturahmi berkaitan erat dengan usaha dalam membangun ikatan persaudaraan yang sebelumnya terputus. Maka membina hubungan tersebut tidak cukup melalui media komunikasi saja tetapi diutamakan bertatap muka langsung. Akan lebih sempurna bila dilakukan dengan datang langsung ke tempat tinggal yang bersangkutan. Sehingga kita bisa berinteraksi bukan hanya dengan yang bersangkutan juga dengan orang-orang di sekitarnya.
Memperbanyak silaturahmi ternyata dapat mempengaruhi kondisi psikologis dan fisiologis seseorang. Salah satunya dapat melembutkan hati. Menyambung hubungan persaudaraan yang terputus dibutuhkan keikhlasan, kebesaran jiwa dan toleransi yang tidak kecil. Maka dengan membina silaturahmi dapat mempengaruhi kelembutan hati secara langsung.
Manfaat berikutnya dapat menceriakan bentuk wajah. Memperbanyak silaturahmi berarti memperbanyak tatap muka langsung dengan orang lain. Dengan membiasakan bersilaturahmi tanpa disadari kita juga telah membiasakan diri untuk selalu tersenyum demi menyenangkan dan menciptakan rasa nyaman bagi orang lain.
Yang tak kalah pentingnya atau mungkin yang jarang terpikirkan oleh kita adalah menghilangkan rasa malas. Adakalanya orang yang harus kita sambung silaturahminya berada di tempat yang jauh. Maka untuk melakukannya diperlukan usaha, waktu kadang biaya yang tidak sedikit. Maka secara tidak langsung menjalin silaturahmi dapat menghapus rasa malas juga sifat kikir.
Semoga kita semua digolongkan oleh Allah sebagai hamba yang gemar menyambung tali silaturahmi. Amin