Senin, 09 April 2012

Alat Peraga dari Bahan Rumahan

Oleh : Septiardi Prasetyo
          Guru di MI At-Taufiq, Kota Bandung
          Artikel ini pernah dimuat di rubrik Suluh
          Koran Tribun Jabar, Jumat 31 Juli 2009


Mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak bisa dilepaskan dari aktivitas mengamati, meneliti, dan mempelajari berbagai fenomena yang ada di sekitar siswa. Terkadang untuk melakukannya dibutuhkan berbagai alat peraga IPA buatan pabrik yang tidak sedikit merupakan barang impor. Padal menggunakan alat peraga saat kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas sangat bermanfaat dalam memberikan ilustrasi secara langsung kepada siswa perihal topik pembelajaran yang sedang dipelajarinya. Selain itu, motivasi dan antusiasme siswadalam mengikuti KBM dapat terus ditingkatkan.
 Menggunakan alat peraga pabrikan ternyata menyisakan beberapa permasalahan klasik. Pertama, harga alat peraga relatif mahal. Bagi sekolah dengan alokasi anggaran pengadaanalat peraga yang pas-pasan, apalagi yang tidak memiliki anggaran, hal itu menjadi kendala terbesar dan paling mendasar sehingga tidaklah mengherankan bila banyak sekolah yang masih minim dalam pengadaan alat peraga. Andaikan tersedia, sering kali alat tersebut hanya menjadi barang pajangan saja karena khawatir rusak atau hilang.
Kedua, sulit memperoleh suku cadang. Bila salah satu komponen alat peraga hilang atau rusak, kita hanya bias memperoleh suku cadang tersebut dari pabriknya. Bila pabriknya ada di luar negeri, suku cadang tersebut harus diimpor dari Negara pembuatnya. Hal ini sangat menyulitkan pihak sekolah bila alat peraga tersebut ternyata diperlukan dalam waktu dekat. Tidak jarang para produsen sudah tidak memproduksi komponen (sparepart) tersebut sehingga pihak sekolah terpaksa harus membeli alat peraga yang baru.
Ketiga, kemampuan sekolah dalam pengadaan alat peraga masih sangat terbatas. Penjelasan pada poin pertama dan kedua merupakan alas an mengapa hal ini bias terjadi. Minimnya pengadaan alat peraga berakibat langsung pada pola KBM di kelas yang sering kali hanya bersifat transfer pengetahuan saja. Andaikan tersedia sebuah alat peraga, sering kali siswa hanya diperkenankan mengamati demonstrasi yang dilakukan guru tanpa mengikutsertakan siswa secara langsung. Hal ini ini dilakukan dengan alas an alat peraga yang tersedia terbatas, khawatir rusak atau mahal.
Keempat, alat peraga hanya bisa digunakan saat KBM di kelas saja. Siswa tidak diperkenankan menggunakan alat peraga tersebut di luar KBM. Hal ini tentu menjadi keprihatinan kita bersama karena pada dasarnya siswa sangat tertarik pada hal-hal unik dan baru.
Tersedianya alat peraga secara lengkap merupakan impian dari setiap guru. Sebab, selain memudahkan saat KBM di kelas juga memberikan banyak manfaat bagi siswa. Tapi apalah daya kalau uang tidak ada. Haruskah kita menyerah? Jawabannya tentu tidak! Masih banyak jalan untuk sampai ke Roma. Solusinya adalah membuat alat peraga dari bahan rumahan. Alat ini dapat dibuat oleh guru bahkan siswa.
Beberapa hal mendasar perlu diperhatikan saat membuat alat peraga dari bahan rumahan. Pertama, alat peraga harus memiliki desain yang sederhanan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan guru saat proses pembuatan, perbaikan, dan pengoperasian alat peraga. Selain itu, desain yang tidak rumit akan memudahkan para siswa dalam meniru dan membuat alat peraga tersebut di luar jam sekolah sehingga para siswa dapat mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilannya melalui alat peraga hasil karya mereka sendiri.
Kedua, dibuat dari bahan dan peralatan yang ada di sekitar lingkungan siswa. Ini bertujuan untuk memudahkan guru dan siswa saat proses pembuatan. Terkadang siswa merasa jenuh dan akhirnya putus asa jika bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan ternyata tidak tersedia di rumahnya. Hal ini akan berakibat langsung pada motivasi dan antusiasme mereka dalam menyelesaikan pembuatan alat peraganya.
Ketiga, terdiri atas bahan-bahan bekas dan murah. Artinya, jangan sampai ketika membuat alat peraga ini para siswa harus mengorbankan perabotan Rumah yang masih dipakai. Usahakan untuk menggunakan barangsudah tidak terpakai lagi. Andaikan harus membeli, cari barang-barang yang harganya murah tapi berkualitas.
Keempat, melibatkan siswa saat proses pembuatan, perbaikan, dan pengoperasian alat peraga. Sebelum proses pembuatan, para siswa ditugasi untuk mengumpulkan bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan. Kemudian mereka dibimbing dalam proses pembuatan. Saat mengoperasikan alat peraga, guru tidak hanya menjelaskan cara kerja alat peraga tersebut, tetapi juga menjelaskan fenomena yang diperlihatan alat peraga tersebut.
Pada awalnya membuat alat peraga dari bahan rumahan merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Selain kesibukan yang dimiliki tiap guru, juga faktor minimnya pengalaman dalam membuat alat peraga. Namun saat ini telah tersedia berbagai jenis buku panduan yang berisi cara-cara membuat alat peraga dari barang rumahan. Luar biasanya terkadang untuk membuat alat peraga hanya diperlukan beberapa menit saja dengan langkah-langkah yang sederhana dan mudah dipahami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda tentang artikel ini