Minggu, 22 April 2012

Enigma Prodi Agama di Madrasah

Oleh : Herlan Firmansyah
          Guru MAN di Cianjur
          Artikel ini pernah dimuat di rubrik Forum Guru
          Koran Pikiran Rakyat, Jumat 16 Maret 2012


Kian menurunnya peminat program studi Dirasah Islamiyah atau keagaman diperguruan tinggi yang disinyalir harus mendapat perhatian khususkarena setiap tahun selalu berkurang mahasiswanya (“PR”, 15/3/12), bukan semata dampak  dari kalah pamornya prodi keagamaan dari prodi umum di perguruan tinggi. Penyebab lain, salah satunya, karena kian terhempasnya prodi keagamaan pada tingkat madrasah.
Hingga kini, pengembangan prodi keagamaan belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Masih ada sekeranjang probelmatika rumit. Misalnya, menyangkut teknis pelaksanaan ujian nasional, kapasitas sumber daya insani (pendidik dan tenaga kependidikan) dan infrastruktur pendukung.
Di Kabupaten Cianjur, dari sekitar 46 madrasah aliah atau sekitar 0,89 persen dari total 4.687 madrasah aliah se-Indonesia, hanya satu yang membuka prodi keagamaan, dengan jumlah peminat yang kalah jauh dari prodi IPAdanIPS. Enggannya madrasah  membuka prodi keagamaan memberikan dampak pengiring terhadap fenomena kian menurunnya peminat prodi keagamaan di perguruan tinggi.
Masalah itu dapat dianalisis dari dua perspektif, yakni perspektif mikro dan makro. Secara mikro minimnya madrasah yang mengembangkan prodi keagamaan bisa karena berlakunya hukum permintaan (demand)dan penawaran (supply). Dari sisi permintaan, rendahnya permintaan dari siswa yang memilih prodi keagamaan bisa jadi karena faktor kemasan (packaging) yang ditawarkan madrasah tidakmenarik simpati siswa. Variable kemasan yang dimaksud adalah terkait dengan racikan  delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Yakni standar isi (khususnya racikan struktur kurikulum), standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pembiayaan, standar penilaian, standar sarana dan prasarana, serta standar pengelolaan. Jika kedelapan standar itu dipenuhi dan diracik dengan baik, terlebih standar kompeensi lulusan yang didukung oleh penguatan kapasitas jejaring madrasah ke dunia kerja, niscaya tingkat permintaan terhadap prodi keagamaan akan menunjukkan kurva.
Adapun secara makro, terkait dengan penataan sistem yang memberi peluang lebih banyak -- dari sekarang ini -- kepada lulusan prodi keagamaan untuk mengaktualisasikan dirinya di pasar kerja. Tingginya minat siswa untuk masuk prodi umum, khususnyaIPA, karena stigma positif terkait dengan perkiraan kondisi di masa depan.
Analisis makro lainnya terkait dengan pembentukan tata kelola pendidikan yang didesain pemerintah agar lebih mendukung eksistensi prodi keagamaan di madrasah, dalam hal ini terkait dengan political will, political budgeting, dan political action pemerintah, khususnya kementrian yang mengurusi madrasah.
Program beasiswa yang disebut sejarawan Unpad Mansur Suryanegara sebagai salah satu ramuan penawar agar prodi keagamaan bangkit dari kelesuannya, harus berkesinambungan dengan bemberian beasiswa khusus bagi siswa yang memilih program studi keagamaan di madrasah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda tentang artikel ini