Sabtu, 07 April 2012

Science for All di Sekolah

Oleh : Septiardi Prasetyo
          Guru di MI At-Taufiq, Kota Bandung
          Artikel ini pernah dimuat di Rubrik Forum Guru
          Koran Pikiran Rakyat, Selasa 27 Januari 2009

“Science for all” merupakan sebutan bagi ilmu pengetahuan alam yang bersifat praktis, aplikatif, dan dapat dipelajari oleh semua tingkatan umur. Bersifat praktis, memplejari science for all tidak memerlukan teori-teori atau perhitungan yang rumit. Sifat yang paling menonjol dari science for all adalah aplikatif sederhana. Untuk mempelajari science for all tidak diperlukan peralatan laboratorium yang canggih atau mahal. Karena objek yang dipelajari selalu berhubungan dengan fenomena alam yang berada di sekitar siswa.
Science for all bukanlah suatu cabang ilmu pengetahuan, tetapi upaya untuk lebih mendekatkan kehidupan kepadailmu pengetahuan alam. Sebagai pihak yang paling tepat untuk melakukannya adalah sekolah. Di sekolah, siswa mempelajari berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu pengetahuan alam. Amun kecenderungan yang sering terjadi, ilmu pengetahuan alam yang dipelajari hanya sebatas pada hafalan teori dan perhitungan angka-angka yang sulit dimaknai siswa. Dengan demikian, esensi dari mata pelajaran yangdipelajari siswa tidak pernah menyentuh, bahkan tidak bias dijadikan solusi bagi kehidupan mereka.
Science for all dapat berperan sebagai suplemen bagi pelajaran ilmu pengetahuan Alam. Layaknya suplemen, science for all bukanlah menu utama dalam pembelajaran, tetap bias digunakan untuk memperkuat aspek kognitif yang telah dimiliki siswa dan memunculkan indicator-indikator aspek afektif dan psikomotor yang diharapkan muncul pada siswa. Bagi guru, kedua aspek terakhir ini lebih sulit untuk dicapai dan dievaluasi dibandingkan dengan aspek kognitif. Dengan demikian, science for all bias menjadi alternative solusi dalam menjawab tantangan kurikulum.
Seperti diketahui, contoh-contoh kasus yagn disajikan pada buku ilmu pengetahuan alam masih minim dalam membahas permasalahan yang terdapat di lingkungan sekitar siswa. Contoh kasus hanya seputar peragaan alat-alat praktikum yang kemungkinan tidak semua sekolah memilikinya. Walaupun tersedia di sekolah, terkadang siswa hanya bias mengamatinya. Siswa tidak dilibatkan langsung dalam percobaan dengan alas an ketersediaan alat peraga yang sangat terbatas atau mahal. Tentu hal ini menjadi keprihatinan kita bersama.
Sudah waktunya guru mencari langkah-langkah alternative yang bersifat praktis, tetapi efisien untuk lebih mempopulerkan ilmu pengetahuan alam dalam konteks lingkungan sekitar siswa.
Science for all dapat menjadi jalan pintas yang murah dan mudah dalam memberikan solusi. Semua bahan yang diperlukan untuk membuat produk science for all merupakan hasil rekayasa dari bahan-bahan rumahan yang mudah diperoleh. Dari produk tersebut, siswa dapat mendemonstrasikan sebuah fenomena alam dari hasil kreasi mereka sendiri. Tentu hal ini sangat membeantu guru dalam mencari indicator-indikator aspek psikomotor yang diharapkan mucul pada diri siswa.
Untuk mempelajari science for all, siswa tidak perlu pergi ke laboratorium atau museum. Karen, fenomenan yang mereka amati tidak pernah lepas dari lingkungan sekitarnya. Siswa diarahkan pada pengertian bahwa lingkungan sekitar mereka—merupakan sebuah laboratorium raksasa, suatu tempat berlangsungnya elemen-elemen alam semesta yang setiap hari dansetiap saat selalu dapat diamati dan dijadikan sumber pembelajaran bagi mereka.
Secara tidak sadar, siswatelah mengisi hari-hari mereka dengan pembelajaran melalui science for all. Karena mereka telah mengamati, mempelajari, dan menyimpulakn semua fenomena yang berada di sekitarnya sebagai bagian dari hidup mereka.
Science for all tidak akan mengubah kurikulum yang telah ada, tetapi sebaliknya dapat digunakan sebagai batu pijakan untuk mencapai tujuan dari kurikulum itu. Begitu pun, guru dituntut lebih peka dan kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul di sekitar siswa. Karena gurulah yang menjadi motor penggerak di sekolah dalam mengarahkansiswanya untuk lebih cerdas dalam menangkap fenomena-fenomena alam di sekitar mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda tentang artikel ini