Rabu, 06 Februari 2013

Belajar Pada Saat Liburan


              Oleh : Imam Pamungkas
          Guru MTs Asih Putera, Cimahi
          Artikel ini pernah dimuat di rubrik Forum Guru
          Koran Pikiran Rakyat, Rabu 26 Desember 2012

Saat ini anak-anak sekolah, mulai dari tingkat TK sampai SMA sedang menikmati masa-masa liburan. Tentunya banyak hal dan aktivitas yang dilakukannya sebagai ajang untuk mengisi liburan, diantaranya dengan mengunjungi sanak famili dan pergi ke tempat-tempat rekreasi.
Liburan ini merupakan momen yang sangat penting dan ditunggu-tunggu oleh semua siswa. Apalagi, mereka telah mencurahkan pikira untuk urusan sekolah, mulai dari rutinitas sekolah, ulangan formatif, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester.
Setelah mereka menerima rapor dari wali kela, mereka langsung merayakan masa liburan.
Namun, hendaknya para orangtua dalam mendampingi liburan anak-anak mereka tetap mengawasi dan mengontrol aktivitas anak-anak. Kita sebagai orang tua atau pendidik jangan sampai berpikir bawa liburan ini adalah masa bebas sehingga mereka bebas berbuat dan berkreativitas semau mereka.
Jadikan liburan ini sebagai ajang pembelajaran bagi mereka, tentunya pembelajaran nonformal, yang menjadikan alam, kehidupan, dan lingkungan sebagai guru bagi mereka. Ki Hajar Dewantoro dikenal sebagai Bapak Pendidikan karena telah menggulirkan Tri Pusat Pendidikan.
Menurut dia, faktor terbesar dalam pembelajaran dalam perkembagan anak tersebut dipengaruhi oleh faktor rumah, sekolah, dan lingkungan (baca: Tri Pusat Pendidikan).
Dalam masa liburan ini, berarti anak-anak harus belajar di rumah dan di lingkungan mereka. Di rumah mereka dapat belajar secara langsung dengan cara mengulangi pelajaran yang telah diperoleh di sekolah. Secara tidak langsung, anak dapat belajar lebih baik lagi sebagai anggota keluarga. Berperan sebagai anak yang baik bagi orang tuanya, ataupun menjadi seorang kakak/adik bagi saudara –saudara yang lainnya.
Di lingkungan, anak dapat belajar memahami gejala alam dan sosial secara langsung. Secara sadar atau pun tidak, sebagai makhluk sosial, anak akan berhadapan dengan alam dan masyarakat. Kemudian, di manakah letak pembelajarannya bagi mereka?
Sebagai contoh ketika terjadi bencana alam, seperti gempa ataupun banjir. Anak dapat mengintegrasikan dua ilmu yang telah diperolehnya, yaitu ilmu teori yang ada dalam pelajaran IPA atau sains dan ilmu yang ada di lapangan secara langsung.
Dengan demikian, anak akan lebih memahami materi tentang gejala alam tersebut yang diperoleh berdasarkan analisisnya dari ilmu-ilmu tersebut. Contoh lainnya adalah dengan gejala sosial. Secara teori, anak-anak memperoleh pelajaran tentang ilmu sosial, yang di dalamnya terdapat teori tentang penyimpangan sosial, bentuk-bentuk penyimpangan, hukum dan pranata, pengendalian sosial, dan sebagainya.
Sementara secara langsung, anak-anak dapat melihat secara langsung di lingkungan sekitar mereka. Membuang sampah sembarangan, mencuri, dan mencopet merupakan beberapa contoh penyimpangan sosial. Adanya lembaga kepolisian dan kehakiman merupakan contoh langsung yang dapat dilihat oleh anak-anak yang berkaitan dengan lembaga pengendalian sosial.
Dengan demikian, meskipun pada saat liburan, anak-anak tetap dapat memperoleh ilmu, bahkan dapat menjadi lebih paham karena dapat mengintegrasikan anatara ilmuteori dan praktis. Tentunya, bantuan dan motivasi orang tua sangat dibutuhkan dalam hal ini.