Pengajar Fisika di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation
Unit MTC Kota Bandung
Dalam sebuah hadist, Rasulullah saw.
Bersabda,“Maukah aku tunjukkan amal yang besar pahalanya lebih besar daripada
shalat dan shaum?” tanya Rasulullah saw. kepada para sahabat. “Tentu saja,”
jawab mereka. Beliau saw. Kemudian menjelaskan, “Engkau damaikan yang
bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali
saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan
mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal saleh yang besar
pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya,
hendaklah ia menyambung tali silaturahim.” (HR. Bukhari-Muslim)
Saat bulan Ramadan kaum muslimin
dimanjakan dengan berbagai ritual ibadah bernilai pahala berlipat ganda
dibanding bulan lainnya. Baik itu shalat wajib plus sunnah tarawihnya. Shaum plus
saur dan berbukanya. Tadarus, sedekah dan lainnya. Namun bulan Syawal pun
memberi peluang kepada kita untuk memperoleh pahala yang jauh lebih besar dari
shalat dan puasa yang digabungkan jadi satu, yaitu silaturahmi.
Secara umum silaturahmi bisa
diartikan sebagai menyambungkan hubungan yang terputus. Baik itu diakibatkan
jarak secara geografis, kesibukan maupun perselisihan. Maka kata kunci
silaturahmi adalah menyambung hubungan yang putus. Sekarang yang menjadi
pertanyaan apakah silaturahmi cukup dilakukan melalui telefon, sms atau media
sosial.
Silaturahmi tidak sama dengan
bertegur sapa atau bertukar kabar melalui media komunikasi. Karena silaturahmi
berkaitan erat dengan usaha dalam membangun ikatan persaudaraan yang sebelumnya
terputus. Maka membina hubungan tersebut tidak cukup melalui media komunikasi
saja tetapi diutamakan bertatap muka langsung. Akan lebih sempurna bila
dilakukan dengan datang langsung ke tempat tinggal yang bersangkutan. Sehingga
kita bisa berinteraksi bukan hanya dengan yang bersangkutan juga dengan
orang-orang di sekitarnya.
Memperbanyak silaturahmi ternyata
dapat mempengaruhi kondisi psikologis dan fisiologis seseorang. Salah satunya
dapat melembutkan hati. Menyambung hubungan persaudaraan yang terputus
dibutuhkan keikhlasan, kebesaran jiwa dan toleransi yang tidak kecil. Maka dengan
membina silaturahmi dapat mempengaruhi kelembutan hati secara langsung.
Manfaat berikutnya dapat menceriakan
bentuk wajah. Memperbanyak silaturahmi berarti memperbanyak tatap muka langsung
dengan orang lain. Dengan membiasakan bersilaturahmi tanpa disadari kita juga
telah membiasakan diri untuk selalu tersenyum demi menyenangkan dan menciptakan
rasa nyaman bagi orang lain.
Yang tak kalah pentingnya atau
mungkin yang jarang terpikirkan oleh kita adalah menghilangkan rasa malas.
Adakalanya orang yang harus kita sambung silaturahminya berada di tempat yang
jauh. Maka untuk melakukannya diperlukan usaha, waktu kadang biaya yang tidak
sedikit. Maka secara tidak langsung menjalin silaturahmi dapat menghapus rasa
malas juga sifat kikir.
Semoga kita semua digolongkan oleh
Allah sebagai hamba yang gemar menyambung tali silaturahmi. Amin