Oleh : Imam Pamungkas
Guru MTs Asih Putera, Cimahi
Artikel ini pernah dimuat di rubrik
Forum Guru
Koran Pikiran Rakyat, Rabu 26
Desember 2012
Saat ini
anak-anak sekolah, mulai dari tingkat TK sampai SMA sedang menikmati masa-masa
liburan. Tentunya banyak hal dan aktivitas yang dilakukannya sebagai ajang
untuk mengisi liburan, diantaranya dengan mengunjungi sanak famili dan pergi ke
tempat-tempat rekreasi.
Liburan ini
merupakan momen yang sangat penting dan ditunggu-tunggu oleh semua siswa.
Apalagi, mereka telah mencurahkan pikira untuk urusan sekolah, mulai dari
rutinitas sekolah, ulangan formatif, ujian tengah semester, dan ujian akhir
semester.
Setelah mereka
menerima rapor dari wali kela, mereka langsung merayakan masa liburan.
Namun, hendaknya
para orangtua dalam mendampingi liburan anak-anak mereka tetap mengawasi dan
mengontrol aktivitas anak-anak. Kita sebagai orang tua atau pendidik jangan
sampai berpikir bawa liburan ini adalah masa bebas sehingga mereka bebas
berbuat dan berkreativitas semau mereka.
Jadikan liburan
ini sebagai ajang pembelajaran bagi mereka, tentunya pembelajaran nonformal,
yang menjadikan alam, kehidupan, dan lingkungan sebagai guru bagi mereka. Ki
Hajar Dewantoro dikenal sebagai Bapak Pendidikan karena telah menggulirkan Tri
Pusat Pendidikan.
Menurut dia,
faktor terbesar dalam pembelajaran dalam perkembagan anak tersebut dipengaruhi
oleh faktor rumah, sekolah, dan lingkungan (baca: Tri Pusat Pendidikan).
Dalam masa
liburan ini, berarti anak-anak harus belajar di rumah dan di lingkungan mereka.
Di rumah mereka dapat belajar secara langsung dengan cara mengulangi pelajaran
yang telah diperoleh di sekolah. Secara tidak langsung, anak dapat belajar
lebih baik lagi sebagai anggota keluarga. Berperan sebagai anak yang baik bagi
orang tuanya, ataupun menjadi seorang kakak/adik bagi saudara –saudara yang
lainnya.
Di lingkungan,
anak dapat belajar memahami gejala alam dan sosial secara langsung. Secara
sadar atau pun tidak, sebagai makhluk sosial, anak akan berhadapan dengan alam
dan masyarakat. Kemudian, di manakah letak pembelajarannya bagi mereka?
Sebagai contoh
ketika terjadi bencana alam, seperti gempa ataupun banjir. Anak dapat
mengintegrasikan dua ilmu yang telah diperolehnya, yaitu ilmu teori yang ada
dalam pelajaran IPA atau sains dan ilmu yang ada di lapangan secara langsung.
Dengan demikian,
anak akan lebih memahami materi tentang gejala alam tersebut yang diperoleh
berdasarkan analisisnya dari ilmu-ilmu tersebut. Contoh lainnya adalah dengan
gejala sosial. Secara teori, anak-anak memperoleh pelajaran tentang ilmu
sosial, yang di dalamnya terdapat teori tentang penyimpangan sosial,
bentuk-bentuk penyimpangan, hukum dan pranata, pengendalian sosial, dan
sebagainya.
Sementara secara
langsung, anak-anak dapat melihat secara langsung di lingkungan sekitar mereka.
Membuang sampah sembarangan, mencuri, dan mencopet merupakan beberapa contoh
penyimpangan sosial. Adanya lembaga kepolisian dan kehakiman merupakan contoh
langsung yang dapat dilihat oleh anak-anak yang berkaitan dengan lembaga
pengendalian sosial.
Dengan demikian,
meskipun pada saat liburan, anak-anak tetap dapat memperoleh ilmu, bahkan dapat
menjadi lebih paham karena dapat mengintegrasikan anatara ilmuteori dan
praktis. Tentunya, bantuan dan motivasi orang tua sangat dibutuhkan dalam hal
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana komentar anda tentang artikel ini