Guru Honorer SMA Kosgoro Kota Bogor
Artikel ini pernah dimuat di rubrik Forum Guru
Pikiran Rakyat 24 Agustus 2012
Ramadhan dan perayaan idulfitri usai sudah. Pelesiran, jalan-jalan,
atau sekadar melepas penat juga telah berlalu. Liburan bagi karyawan, pegawai
negeri, dan anak sekolahan pun sudah berakhir. Kini, beragam aktivitas menanti
untuk dijalani dengan kesungguhan hati.
Meskipun Ramadan sudah berlalu, nilai-nilai puasa jangan sampai
terlupakan. Walau Lebaran sudah selesai, makna terdalam idulfitri jangan sampai
terhenti. Sungguh merugi jika lintasan momen emas itu tidak berbekas sama
sekali.
Salah satu makna dari puasa dan idulfitri adalah anjuran saling
memaafkan sebab setiap manusia tak lepas dari kesalahan. Semua insan tak luput
dari kealpaan. Maka dari itu, saling memaafkan sungguh mulia jika ditradisikan.
Laku ini adalah laku yang baik. Sebuah upaya agar kita terbebas dari
neraka. Mendapat maaf dari manusia sekaligus, Insya Allah mendapat ampunan dari
Allah SWT.
Beruntung, hampir di setiap instansi, termasuk di lingkungan
pendidikan, tradisi saling bermaafan banyak dilakukan. Di lingkungan pendidikan
biasa dilakukan pada hari pertama masuk sekolah.
Saling bermaafan alias halalbihalal meskipun kerap “mengambil” jatah
jam pelajaran, tetapi mengandung banyak keuntungan. Tentu saja rupa keuntungan
yang dirasakan tiap insan atau setiap institusi pendidikan berbeda-beda.
Bergantung dari pengalaman, pengetahuan, dan perenungan yang mendalam.
Akan tetapi, tetap saja ada manfaat yang universal dari tradisi
halalbihalal. Manfaat pertama, dengan saling bermaafan secara tulus di antara murid,
pendidik, dan tenaga kependidikan terbebas dari dosa. Bukankah maaf yang paling
mahal itu adalah maaf dari manusia? Sebab Allah SWT Maha Pengampun, Al Gafur.
Kedua, dengan halalbihalal mempererat ikatan persaudaraan. Mungkin
sebelumnya ada nuansa kompetisi yang sportif, rivalitas tanpa batas, atau
egoisme yang berlebihan. Karena berkah halalbihalal, semua itu bisa
diminimalisasi. Atau dihilangkan sama sekali.
Dengan halalbihalal kita makin mengenal karakter seseorang. Apalagi
di awal tahun pelajaran anyar. Kita
kedatangan adik-adik angkatan baru. Baik kelas satu SD, tujuh SMP, atau sepuluh
SMA. Nah, di momen itu pula kita bisa saling berkenalan.
Ketiga, tradisi bermaafan membuat urusan menjadi lebih ringan. Sebab
ketika sudah bermaafan diharap tak ada lagi dendam yang terpendam
berkepanjangan. Bila demikian, masalah yang sedang terjadi akan lebih mudah
untuk diatasi. Dengan kata lain dalam mencari jalan keluar atau mengadakan
kompromi-kompromi bisa lebih mudah dijalani.
Tentu saja masih banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari tradisi
saling memaafkan. Satu yang pasti kita tidak akan mendapat keuntungan yang
berarti jika tradisi saling memaafkan itu dilakukan asal-asalan. Asal ikut atau
asal jadi kita pasti merugi. Sebab perbuatan yang baik mesti berasal dari
kesadaran dan dilakukan dengan ketulusan hati.
Selamat idulfitri, mohon maaf dari semua kesalahan dan kelupaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana komentar anda tentang artikel ini