Guru MI At-Taufiq, Kota Bandung
Bila
kita amati pergaulan anak-anak dan remaja saat ini, pemakaian bahasa yang baik
dan benar masih jauh dari harapan. Ini bisa kita ketahui dari gaya
bicara mereka saat berinteraksi dengan teman-temannya. Hingga pemilihan kata
saat mereka berkomunikasi dalam situs jejaring sosial seperti Facebook. Mengamati sample fenomena tersebut muncul pertanyaan yang menggelitik rasa
ingin tahu penulis,”Apakah bahasa yang baku
tidak cocok diterapkan bagi pergaulan remaja? Ataukah pendidikan bahasa kita
belum mampu menyentuh konteks pergaulan remaja saat ini?”
Kompetensi
berbahasa Indonesia
para siswa tidak hanya diukur pada kemampuan aspek membaca dan menulis saja.
Tetapi melibatkan aspek berbicara dan mendengarkan. Keempat kompetensi
berbahasa tersebut merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Pemahaman
yang baik tentang struktur bahasa dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan
pilar utama bagi kemampuan berbahasa para siswa.
Ada
kecenderungan, siswa menganggap pemakaian bahasa yang baik dan benar hanya
digunakan pada kegiatan formal saja. Seperti kegiatan belajar-mengajar di
kelas, penyusunan karya tulis dan lain-lain. Sedangkan di luar itu, mereka
dapat berekspresi dengan gaya
bahasa mereka sendiri. Tanpa menerapkan rambu-rambu EYD.
Kebebasan
berekspresi merupakan bagian dari kreativitas. Begitupun dengan gaya
bahasa remaja saat ini yang merupakan bentuk kreativitas yang perlu kita
apresiasi positif. Walaupun begitu, bahasa gaul yang biasa diterapkan anak-anak
dan remaja menyisakan beberapa ganjalan bagi kita semua. Ganjalan tersebut
antara lain:
Pertama,
bahasa gaul diterapkan sama pada semua orang. Untuk menerapkan bahasa gaul
mereka tidak perlu mempertimbangkan faktor usia, status dan kedudukan lawan
bicaranya. Sehingga bila seorang siswa Sekolah Dasar(SD) berinteraksi dengan
siswa Sekolah Menengah, keduanya akan menggunakan gaya
bahasa yang sama. Tanpa memperhatikan penggunaan bahasa kepada orang yang lebih
tua atau lebih muda.
Kedua,
kesalahan dalam melakukan interpretasi informasi yang diterima. Bahasa gaul
memiliki struktur bahasa yang bebas dan seringkali hanya dipahami oleh
komunitas tertentu saja. Tidak jarang muara dari kesalahpahaman antar remaja adalah
dari kesalahan menginterpretasikan informasi yang diterimanya.
Ketiga,
diidentikan dengan bahasa kasar. Bahasa gaul merupakan hasil akulturasi dan
interaksi antar remaja. Penerapannya yang bebas seringkali melibatkan
unsur-unsur bahasa yang tidak layak diucapkan secara bebas. Hal ini diperparah
lagi dengan lemahnya pengawasan dan bimbingan antar sesama remaja dalam
komunitasnya.
Keempat,
tidak memiliki nilai estetis. Karena fungsi bahasa jenis ini hanya menekankan pada
aspek ketersampaian informasi secara lugas dan instan. Begitupun dengan gaya
bahasa yang terkesan monoton yang lebih mengutamakan aspek kesenangan saat
mengucapkannya.
Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman bahasa daerah yang luar biasa
kaya. Tidak satupun bangsa di dunia yang memiliki kekayaan bahasa seperti di negeri
kita. Di setiap bahasa daerah tersebut terdapat karya-karya sastra yang sangat
indah. Dalam berbagai jenis pantun, sajak, peribahasa, kata mutiara, puisi, dan
cerita rakyat dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana komentar anda tentang artikel ini