Selasa, 25 September 2012

Guru Inspiratif

Oleh : Septiardi Prasetyo
          Guru di Yayasan Pendidikan Al Hikmah MI At-Taufiq, Kota Bandung
The mediocre teacher tells, the good teacher explain, the superior teacher demonstrates, the great teacher inspires (William. A Ward). Guru yang biasa-biasa memberitahu, guru yang baik menjelaskan, guru yang bagus menunjukkan jalannya, tetapi guru yang luar biasa menginspirasi murid-muridnya Bangga rasanya ketika headline pikiran rakyat (13/9) dihiasi berita tentang dua guru terbaik dari Jawa Barat yang memperoleh penganugerahan Guru Berprestasi dan Berdedikasi Nasional.
Pencapaian para guru berprestasi ini tentu tidak lepas dari ketekunan mereka dalam memahami dan mencarikan solusi kesulitan belajar siswanya. Juga sikap open mind (berpikiran terbuka) dalam meng-update strategi belajar-mengajarnya di kelas. Mereka adalah para pekerja keras yang tidak kenal lelah dan kata menyerah dalam menciptakan jalan yang lebih mendekatkan siswa dengan pemahamannya.
Totalitas dan keikhlasan mereka dalam menunaikan amanah sebagai pendidik merupakan cerminan dari keberpihakannya kepada nilai-nilai kemanusiaan. Karena profesi guru selalu berkaitan erat dengan pergulatan tiada akhir dalam upaya pemberantasan kebodohan dan pembentukan ahlak mulia. Mengasah keterampilan hidup yang merupakan modal dan bekal siswanya di masa depan. Sehingga tidaklah berlebihan bila ada yang menyebut profesi guru sebagai rahim bagi segala jenis profesi.
Rata-rata motivasi mereka yang menjalani profesi guru lebih karena panggilan hati nurani ketimbang motivasi materi dan karir jabatan. Karena bila dibandingkan dengan besaran penghasilan yang diperoleh dari profesi lain, jumlah yang diterima para pendidik (honorer) masih jauh berbeda. Sehingga tidaklah berlebihan bila data Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidikan (PMPTK) Depdiknas menyatakan bahwa jumlah guru honorer di Indonesia tahun 2007 mencapai 922.308 guru, terdiri dari 472.475 guru honorer di sekolah negeri dan 449.883 guru di sekolah swasta. Sepertinya angka statistik ini belum akan mengalami banyak perubahan. Karena tingkat pertambahan jumlah guru honorer setiap tahunnya belum bisa diimbangi dengan pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Walaupun upaya peningkatan kesejahteraan melalui program sertifikasi telah lama bergulir tetapi pemerataan dan persyaratan guru yang layak disertifikasi masih dirasa menyulitkan.
Dinamika kehidupan sosial siswa beserta permasalahannya terkadang tidak dapat diselesaikan dengan solusi formal konvensional. Seperti yang dilakukan Ibu Iis Sumyati yang mengoptimalkan media infocus dalam menyampaikan materi pelajaran taman kanak-kanak (TK). Bagi kita solusi seperti ini terkesan janggal karena nuansa pembelajaran di TK biasanya penuh dengan aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan psikomotor anak. Namun Ibu Iis bisa membuktikan bahwa media pembelajaran infocus-nya efektif diterapkan bagi anak usia TK. Begitupun dengan yang dilakukan Bapak Ejon Sujana yang menerapkan pendekatan personal. Dia menyadari bahwa setiap siswa unik dalam hal kemampuan dan minat akademiknya. Maka beliau pun mempelajari dan menghafal kelebihan dan kekurangan setiap siswanya guna meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Pencapaian dan semangat pengabdian kedua guru ini patut kita tiru Walau telah lebih dari 16 tahun ibu Iis Sumyati mengabdikan dirinya di taman kana-kanak tapi semangat untuk berkarya tampak belum akan berhenti. Begitupun dengan bapak Ejon Sujana yang telah mengabdi sejak 1986.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda tentang artikel ini