Sabtu, 05 Mei 2012

Benda Pos dan Pendidikan

Oleh :Septiardi Prasetyo
         Guru MI At-Taufiq di Yayasan Pendidikan Al-Hikmah, Kota Bandung


Pada suatu hari, sejumlah siswa kelas enam dihukum karena telah berulang kali tidak mengerjakan tugas bahasa Inggris. Bentuk hukumannya agak unik, yaitu menuliskan permintaan maaf dalam bahasa Inggris di selembar kartu pos yang dikirimkan langsung ke alamat saya. Maksud menggunakan hukuman tidak biasa ini adalah supaya ada perhatian lebih dari para orangtua perihal pekerjaan rumah anak-anaknya. Karena keterlibatan orangtua mutlak diperlukan paling tidak saat membeli dan mengirimkan kartu pos. Coba bayangkan bila setiap minggu harus bolak-balik ke kantor pos karena siswa tidak mengerjakan tugas.
Ekspresi wajah beberapa siswa tampak kebingungan dengan bentuk hukuman yang saya berikan. Seorang siswa bertanya,”Apa itu kartu pos?” Kemudian saya meminta teman-temannya di kelas yang mengetahui jawabannya untuk mengacungkan tangan. Seorang siswa mengacungkan tangan. Tapi bukan untuk menjawab pertanyaan melainkan bertanya lebih lanjut,”Rumah bapak kan jauh dari sekolah. Untuk mengirimkannya ke rumah bapak kami harus naik angkot apa?” Saya cukup kaget dengan fakta bahwa ternyata tak satu pun siswa di kelas saya yang mengenali benda pos terlebih pernah memanfaatkan jasanya.
Adaptasi merupakan kunci dalam memenangkan kompetisi. Juga membuka lebih banyak peluang untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Di alam, leher jerapah memberinya keuntungan untuk beradaptasi dalam memenangkan kompetisi perebutan sumber makanannya. Tapi muncul pertanyaan menarik, apakah binatang lain seperti zebra dan banteng  Afrika akan punah karena kalah bersaing dengan leher jerapah yang panjang? Jawabannya tentu tidak! Karena walupun leher zebra dan banteng tidak sepanjang leher jerapah. Tetapi mereka memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan sangat jauh guna mencari sumber makanan baru. Kesimpulannya adalah keterampilan dalam memanfaatkan determinasi potensi yang dimiliki ketiga binatang di atas membuatnya mampu beradaptasi dan lestari hingga sekarang.
Wacana pendidikan berkarakter telah menjadi topik yang mendesak untuk segera direalisasikan. Guna membekali generasi muda untuk mampu bertahan dan berkembang di tengah badai globalisasi di segala bidang. Karena ada kecenderungan bangsa Indonesia masih menjadi follower dalam peta percaturan peradaban dunia. Hal ini sungguh memprihatinkan karena bila diibaratkan bangsa ini sebagai kapal raksasa berpenumpang 250 juta jiwa yang sedang terombang-ambing badai di tengah samudera. Akan sangat membahayakan bila kapal tidak dikemudikan dengan benar dan tepat. Karena ancaman batu karang dan gelombang sewaktu-waktu bisa mengkaramkan kapal. (Metafora usang! Tapi masih lumayanlah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda tentang artikel ini