Rabu, 02 Mei 2012

Mitra MBS


Oleh : Septiardi Prasetyo
          Guru Madrasah Ibtidaiyah At-Taufiq, Kota Bandung

Berdasarkan Permendiknas No.19 Tahun 2007 tentang standar pengelolaan pendidikan, dinyatakan bahwa sekolah/madrasah harus membuat Rencana Kerja Jangka Menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 4 tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan. Selain itu sekolah/madrasah juga harus membuat Rencana Kerja Tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKAS/M) yang dilaksanakan berdasarkan rencana kerja jangka menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ini merupakan perwujudan dari otonomi pendidikan di sekolah/madrasah yang harus berlandaskan standar pengelolaan pendidikan di sekolah/madrasah yang memenuhi prinsip mendasar seperti keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas publik. Sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4.
Berdasarkan permendiknas dan UU pengelolaan pendidikan di atas maka pelaksanaan manajemen sekolah/madrasah tidak hanya ditentukan oleh peran dan fungsi sekolah/madrasah saja. Tetapi anggota masyarakat pun dapat berkontribusi melalui Komite Sekolah dan Kelompok Kerja Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (KKRKS/M).
Hal ini akan memperbesar peluang dan kesempatan bagi sekolah untuk menghasilkan program jangka pendek, menengah dan panjang yang aspiratif yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan warga sekolahnya. Namun seringkali peran dan fungsi komite sekolah terhambat oleh faktor klasik seperti kesibukan bekerja dan rutinitas harian lainnya. Hal ini akan berpengaruh pada penurunan motivasi dan daya kreativitas sekolah dalam menghasilkan terobosan-terobosan segar pada program sekolahnya. Sehingga tidaklah mengherankan bila Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang sedang berjalan merupakan reproduksi dari program yang telah dijalankan tahun sebelumnya.
Di sinilah peran dunia kampus dalam menjebatani kinerja administrsasi sekolah/madrasah terhadap aspirasi masyarakat sekitarnya melalui Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Sekolah Dasar(SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) di kota Bandung dan sekitarnya dari tanggal 12 Juli-20 Agustus yang lalu. Melalui kegiatan KKN ini diharapkan akan lebih memotivasi dan mendorong sekolah dalam mensinergikan fungsi dan perannya dengan komite sekolah.
Melalui penyusunan MBS kita dapat memperoleh informasi menyeluruh tentang profil kesiswaan, kurikulum dan pembelajaran, pendidik dan tenaga pendidik, sarana dan prasarana, keuangan dan pembiayaan, budaya dan lingkungan, peran masyarakat dan kemitraan.
Tugas utama para mahasiswa KKN tematik MBS adalah bekerjasama dengan seluruh warga sekolah dalam menata pengelolaan administrasi sekolah yang secara spesifik tercakup dalam empat elemen MBS seperti Sistem Database Sekolah(SDS), Rencana Kerja Sekolah(RKS), kepemimpinan kepala sekolah dan komite. Karena keempat elemen MBS tersebut merupakan pilar utama bagi sekolah dalam merencanakan, menyusun, melaksanakan dan mengembangkan MBS-nya.
Salah satu  media yang digunakan untuk memuluskan kerjasama tersebut adalah memperkenalkan kepada sekolah sebuah software sumbangan dari pemerintah Amerika yang bernama USAID. Software ini memiliki fitur yang cukup sederhana yang memudahkan sekolah dalam melakukan input data MBS. Software ini bersifat gratis dan dapat beroperasi pada program Office 2003.
Tapi tidak semua sekolah bersedia menggunakan software yang mampu berintegrasi dengan program Microsoft Exel ini. Alasannya format yang dihasilkan USAID ternyata tidak sama dengan format yang telah ditentukan oleh kantor Dinas Pendidikan (Disdik). Sehingga format yang dihasilkan software USAID tidak dapat digunakan untuk memenuhi persyaratan akreditasi atau pengurusan dana BOS.
Kendala berikutnya adalah tidak lengkapnya arsip database. Dari hasil penelusuran dan wawancara bersama petugas Tata Usaha (TU) di sekolah diperoleh informasi bahwa banyak arsip sekolah yang hilang apakah itu karena pencurian atau tercecer ketika kegiatan pembangunan sekolah. Hal tersebut merupakan kendala yang kentara untuk menyusun MBS yang baik.
Peningkatan mutu pendidikan di sekolah dan hasil belajar siswa selalu berkaitan dengan efektivitas MBS yang direncanakan, disusun dan dijalankannya. Karena MBS memiliki peran dan fungsi sebagai pedoman kerja dalam mengembangkan sekolah/madrasah. Juga untuk melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan sekolah/madrasah. Dan MBS juga sebagai materi yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengajukan sumber daya yang diperlukan untuk pengembangan sekolah/madrasah.
Dari tulisan sederhana ini mudah-mudahan bisa memotivasi rekan-rekan kami yang sedang menjalankan KKN tematik MBS selama 40 hari di kota Bandung dan sekitarnya. Juga sebagai aspiratif konstruktif bagi dunia pendidikan kita terutama sekolah/madrasah yang tidak pernah menyerah dalam menyempurnakan MBS-nya. Juga bagi para anggota masyarakat yang begitu peduli pada peningkatan kualitas pendidikan di sekolah/madrasah tempat putra-putrinya menuntut ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda tentang artikel ini