Sabtu, 05 Mei 2012

Predator di Dunia Monster

Oleh : Septiardi Prasetyo
          Guru MI At-Taufiq di Yayasan Pendidikan Al-Hikmah, Kota Bandung


Akhir-akhir ini, Negara-negara di dunia sedang diramaikan oleh isu global warming. Bagi Indonesia isu ini telah masuk ke halaman rumahnya dalam bentuk banjir, tanah longsor, gelombang pasang air laut, angin puting beliung, kebakaran hutan dan sejumlah efek lainnya yang berpengaruh langsung terhadap  perekonomian dan sosial.
Menurut catatan fosil yang dipelajari para palaentolog manusia pernah hidup sejaman dengan “monster-monster” prasejarah. Ukuran dan bobot tubuh “monster” ini sungguh luar biasa. Para pelopor suku Aborigin,manusia pertama yang menginjakan kakinya di benua Australia harus berhadapan langsung dengan kadal terbesar dan paling mematikan yang pernah hidup di permukaan bumi. Panjang tubuhnya mencapai 5,5 meter, dilengkapi dengan senjata yang berupa gigi-gigi tajam berlumur liur mengandung bakteri mematikan. Dengan satu kali gigitan pada tubuh korbannya sudah cukup untuk membunuh diprotodon, binatang berkantung yang berbobot 2 ton
 Orang-orang Clovis di Amerika Utara pun sempat berhadapan dengan mamalia terbesar dan terbuas yang pernah berburu di daratan. Short-face bear adalah pemangsa puncak di benua ini. Saat berdiri, tinggi tubuhnya bisa mencapai 3 meter.
Pada abad 13 Masehi di Selandia baru, suku Maori harus berhadapan langsung dengan pemangsa udara paling mematikan sepanjang masa. Dengan bobot tubuh 15 kilogram dan rentang sayap hingga 3 meter, menobatkan Haast Eagle sebagai elang terbesar dan pemangsa puncak di surga para burung ini. Suku Maori menceritakan tentang teror perburuan manusia yang dilakukan Haast Eagle, korban hasil buruannya dibawa sebagai santapan anak-anaknya.
Kemampuan fisik manusia kalah telak saat berhadapan dengan cakar dan gigi taring “monster” prasejarah tersebut. Tetapi dengan kemampuan akalnya, manusia prasejarah menjelma menjadi predator di dunia “monster.”
“Monster” tak berbudaya itu kalah oleh beraneka macam peralatan yang digunakan manusia. Namun hanya satu alasan penyebab kepunahan mereka semua, persaingan makanan. Uraian ini menjelaskan pergulatan manusia dengan binatang-binatang raksasa dan pelajaran yang bisa dipetik bagi generasi sekarang dan masa depan.

Api Menaklukan Monster Australia
Menurut teori evolusi, pada 3 juta tahun yang lalu manusia kera muncul untuk pertama kali di Afrika. Namun menurut catatan fosil, Ilmuwan menyimpulkan bahwa manusia modern baru muncul di Afrika pada 100 ribu tahun yang lalu. Sekitar 6 ribu tahun yang lalu, manusia memiliki peradaban tinggi. Sehingga sebelum tahun 4 ribu sebelum masehi (4 ribu SM) mereka disebut manusia prasejarah, manusia yang belum mengenal tulisan
Pada 65 ribu tahun yang lalu, untuk pertama kalinya manusia menginjakan kakinya di benua Australia bagian utara. Para ilmuwan menggambarkan kondisi Alam Australia sebagai belantara luas yang rusak oleh kekeringan panjang dan tandus oleh seringnnya terjadi kebakaran.
Mereka meyakini, selama 2 juta tahun, Australia merupakan daratan kering yang sering dilanda badai berlistrik. Badai ini mengakibatkan terbakarnya tanam-tanaman kering. Diperkirakan kebakaran bisa merambah hingga radius ratusan kilometer dan berlangsung hingga berminggu-minggu. Diperkirakan kebakaran ini muncul setiap 30-40 tahun sekali.
Bangsa Aborigin harus menghadapi kondisi alam yang keras dan tidak pernah ditemui di daerah asalnya. Para Ilmuwan memperkirakani mereka berasal dari Timor. Dan suku Aborigin menceritakan kisah nenek moyang mereka yang datang dari laut.
Selain harus berhadapan dengan kondisi alam yang tidak bersahabat, suku Aborigin harus berhadapan langsung dengan pemangsa puncak di seantero benua Australia. Megalania adalah kadal terbesar yang pernah hidup di bumi. Menurut teori evolusi, ia adalah kadal terakhir yang memiliki hubungan kekerabatan yang paling dekat dengan dinosaurus. Kadal yang memiliki panjang 5,5 meter dari kepala hingga ke ekor. Dilengkapi dengan senjata berupa gigi-gigi tajam yang basah oleh liur yang mengandung bakteri mematikan.
Seperti komodo, megalania berburu dengan menggigit tubuh mangsanya. Bagian tubuh yang terkena gigitannya akan mengalami infeksi hebat, dikarenakan bakteri-bakteri beracun yang berhasil masuk ke tubuh korbannya. Cukup dengan sekali gigitan, diprotodon, binatang berkantung seberat 2 ton sekalipun tidak akan luput dari kematiannya. Walaupun korban yang telah digigitnya dapat hidup berjam-jam bahkan sampai berhari-hari, megalania dapat mendeteksi korbannya yang sedang sekarat itu dengan lidah bercabangnya yang sensitif. Sehingga bersembunyi di manapun, megalania dapat menemukan korbannya hingga radius 15 kilometer.
Megalania sanggup memangsa Diprotodon, marsupial terbesar yang pernah hidup di bumi. Bobot tubuh diprotodon jantan bisa mencapai 2 ton sedangkan Diprotodon betina memiliki bobot setengahnya. Ia hidup di hutan-hutan lebat, hutan terbuka dan semak-semak yang memiliki akses yang dekat dengan sumber air. Diperkirakan ia lebih memilih memakan tunas atau daun muda pohon tertentu daripada rerumputan dan semak-semak yang rendah zat gizinya.
Fosil diprotodon ditemukan di seluruh daratan Australia. Sering ditemukan kerangka diprotodon betina beserta bayi yang masih digendong di dalam kantong induknya. Kantung diprotodon terletak di belakang tubuhnya, tidak seperti kantong kangguru yang terletak di depan.
Dari fosil yang pernah ditemukan, diperkirakan diprotodon memiliki panjang hingga 3 meter dari hidung sampai ekor. Saat berdiri, tinggi bahunya lebih dari 1,7 meter. Ia tidak memiliki alat pertahanan diri dari pemangsanya, megalania. Gerakan diprotodon yang lambat membuatnya menjadi mangsa yang mudah untuk disergap.
Kulit Diprotodon tidak tebal seperti badak. Untuk menghangatkan tubuhnya dari suhu jaman es yang dingin, Tubuh Diprotodon diselimuti oleh bulu yang lebat. Kulitnya yang tidak tebal memudahkan megalania untuk menghujamkan gigi-gigi tajamnya dan menyebarkan bakteri beracun pada bagian tubuh diprotodon yang berhasil dikoyaknya.
Oleh sebab itu megalania dijuluki “kadal pengoyak raksasa.” Menurut para ilmuwan bentuk anatomi megalania mirip komodo, tetapi badannya lebih tegap dan ekor yang pendek. Ia memiliki cakar yang sangat besar pada kakinya. Binatang yang bernama latin Megalania Prisca ini diperkirakan memiliki bobot hingga 320 kg.
Bobot tubuhnya yang besar dan bentuk ekor yang pendek menyulitkannya untuk berburu dengan cara mengejar mangsanya. Para ahli memperkirakan megalania adalah pemangsa yang berburu dengan cara menyergap. Mangsa yang berhasil digigitnya akan mati secara perlahan karena infeksi pada luka bekas gigitannya.
Selain memangsa marsupial terbesar didunia, megalania diperkirakan memangsa telur-telur Genyornis, sejenis burung raksasa yang pernah hidup di Australia. Tinggi Genyornis mencapai 2 meter, dilengkapi dengan sepasang sayap yang terlalu kecil untuk membuatnya bisa terbang. Dari bentuk paruhnya, para ilmuwan memperkirakan ia adalah perpaduan dari karnivora yang memburu mangsanya dan pemakan bangkai.
Dari fosil yang ditemukan, mereka punah sesaat setelah manusia pertama menginjakan kakinya di Australia.
Megalania pertama kali muncul pada 1,6 juta tahun lalu, pada kala pleistocen. Jenis kadal monitor terbesar ini punah pada 40 ribu tahun yang lalu.
 Terdapat perdebatan sengit tentang kepunahan megalania. Ilmuwan berpendapat bahwa jaman es yang sedang berlangsung, membunuh hewan-hewan kunci yang menjadi mangsa Megalania. Pendapat ini segera dibantah, dengan alasan bahwa jaman es telah berlangsung ratusan ribu tahun sebelumnya, mengapa binatang-binatang kunci tersebut tidak punah jauh hari sebelumnya. Selain itu para ilmuwan memperoleh bukti dari catatan geologis bahwa hanya sebagian kecil saja dari wilayah benua Australia yang tertutup es. Sehingga memungkinkan hewan-hewan kunci yang menjadi mangsa Megalania dapat tetap bertahan.
Yang lebih menarik adalah pendapat yang menyatakan kepunahan megalania terjadi karena diburunya hewan-hewan kunci oleh manusia. Hewan kunci yang diperkirakan adalah diprotodon dan genyornis. Namun pendapat ini segera disanggah dengan alasan catatan fosil yang telah ditemukan, tidak menunjukan bukti yang signifikan bahwa manusia pernah memburu diprotodon dan genyornis secara intensif.
Pendapat ketiga yang dianggap paling masuk akal dan didukung bukti dari catatan geologis. Terbukti semenjak kedatangan manusia di benua Australia, kebakaran hutan lebih sering terjadi. Diperkirakan kebakaran ini sengaja dilakukan oleh manusia, untuk dimanfaatkan sebagai lahan bercocok tanam dan menggembalakan ternak. Sehingga, hutan tempat hidup Diprotodon dan Genyornis menjadi rusak dan diduga kuat sebagai penyebab menurunnya populasi kedua binatang ini secara signifikan.
Hal ini didukung pula dengan ditemukannya  beberapa fosil diprotodon di danau Callabonna, Australia. Pada perut mereka ditemukan tanaman salt bush, tanaman yang memiliki sedikit zat gizi. Diperkirakan Diproton malang ini mengalami kelaparan dan terpaksa mengkonsumsi salt bush. Lingkungan yang rusak mengancam polulasi diprotodon dan berakibat langsung pada populasi pemangsanya, Megalania.

Clovis Versus Taring Mammoth
Terdapat bukti kuat yang mengindikasikan bahwa manusia pernah membantai habis “monster”daratan Amerika Utara di kala pleistocen. 13 ribu tahun yang lalu, Amerika Utara telah menjadi arena pergulatan antara taring-taring mammoth dengan manusia yang bersenjatakan clovis.
Saat jaman es akan berakhir, manusia untuk pertama kali menginjakan kakinya di Amerika Utara. Mereka adalah keturunan pemburu Siberia yang menyeberang ke Amerika Utara melalui Bering Gate. Saat itu, air laut di Bering Gate membeku membentuk pegunungan es yang menghubungkan benua Asia dan Amerika Utara. Akibatnya permukaan air laut pada saat itu turun hingga 70 meter lebih rendah dari masa kini.
 Dari  hasil penelitian fosil kerangka manusia yang ditemukan oleh para pekerja bangunan di puncak bukit Montana pada tahun 1968, menunjukan kerangka yang ditemukan adalah seorang anak kecil yang telah terkubur selama 13 ribu tahun. Ia diyakini salah satu pelopor yang menginjakan kakinya di Amerika Utara.
Kerangka tersebut diselimuti oleh Orche merah sebagai simbol untuk bumi yang biasa digunakan pada upacara kelahiran dan kematian. Ditemukan pula beberapa keping Clovis, ujung tombak yang biasa gunakan untuk berburu. Sejak saat itu manusia pertama yang menginjakan kakinya di Amerika utara dinamakan orang-orang Clovis.
Clovis pertama kali ditemukan di New Mexico pada tahun 1932. Ujung tombak ini terbuat dari batu semi mulia seperti chertz, kristal kuarsa, jasper dan obsididan. Senjata ini kuat dan akurat untuk berburu. Dirancang khusus untuk memaksimalkan penetrasi pada tubuh binatang buruan.
Senjata ini telah ditemukan di seluruh Amerika Utara. Terdapat inidikasi kuat, clovis digunakan manusia untuk berburu mammoth secara intensif . Salah satu fosil mammoth yang ditemukan di Arizona,Amerika Serikat(AS), memperlihatkan 8 buah clovis tertancap dalam tengkorak mammoth dewasa. Setiap senjata menimbulkan luka yang mematikan.
Fosil mammoth ditemukan tersebar di seluruh Amerika Utara. Pada fosil mamalia ini, sering ditemukan bekas luka akibat clovis. Dengan bobot mencapai 8 ton dan tinggi pundaknya hingga 14 kaki, menjadikan mammoth sebagai mamalia terbesar yang pernah berjalan di Amerika Utara pada kala pleistocen.
Mammoth merupakan famili dari Elephantidae. Menurut teori evolusi ia memiliki hubungan kekerabatan yang paling dekat dengan gajah Afrika(Loxodonta Africana dan Loxodonta cyclotis) dan gajah Asia(Elephas maximus).
Para ilmuwan memperkirakan Elephantidae muncul di Afrika utara sekitar 3,5 juta tahun yang lalu. Kemudian mereka bermigrasi ke Eropa, Asia dan terakhir ke Amerika Utara.
Di sini pun hidup mastodon, sejenis mammoth yang memiliki tubuh lebih pendek tetapi ukuran gading paling besar dan panjang. Bentuknya melengkung hingga ke atas. Sehingga bobot keseluruhannya lebih besar dari jenis mammoth yang lain.
Namun “monster”ini termasuk binatang herbivora. Ia memperoleh makanan dari sejenis rumput yang tumbuh di padang-padang stepa yang dingin dan kering, di Amerika Utara. Binatang pemangsa yang diperkirakan dapat membunuh raksasa berbulu ini adalah Saber-tooted cats (macan gigi pedang). Ia terkenal karena dua buah taring yang panjangnya mencapai 7 inci. Taring ini dirancang khusus untuk menusuk dan merobek organ dalam mangsanya.
Panjang tubuhnya 1,2 meter dengan bobot dua kali lebih besar dari singa dewasa jaman sekarang. Kakinya pendek dan berukuran besar, cocok untuk menopang bobot tubuhnya yang besar. Tetapi bentuk anatomi seperti ini tidak cocok sebagai pemangsa yang mengejar buruannya. Diperkirakan ia termasuk pemangsa penyergap. Hal ini diperkuat pula dengan ekornya yang pendek. Bagi pemangsa yang mengejar mangsanya, ekor yang panjang bermanfaat untuk menyeimbangkan tubuhnya saat berlari dengan kecepatan tinggi.
Macan gigi pedang adalah pemburu yang kuat. Senjatanya adalah taring yang besar, tetapi rahangnya tidak cocok digunakan untuk mencengkram atau menghancurkan punggung mangsanya. Taringnya digunakan untuk mengiris dan menyobek bagian tubuh mangsanya yang lunak seperti bagian tenggorokan dan perut. Macan gigi pedang membunuh mangsanya secara perlahan melalui kehilangan banyak darah korbannya, daripada secara cepat melalui cekikan atau leher yang hancur oleh gigitan.
Diperkirakan taring macan gigi pedang mampu membunuh Giant ground sloth (slot tanah raksasa). Sloth tanah terbesar adalah sloth Megatherium yang memiliki panjang tubuh hingga 6 meter dan bobot 4,5 ton. Tidak seperti sloth modern yang sepanjang hari hidup bergelantungan di pohon, sloth tanah raksasa hidup berkeliaran di atas permukaan tanah. Makanannya tergolong lunak, yaitu tumbuhan dan serangga. Lidahnya yang panjang digunakan untuk memegang dan menarik ujung-ujung daun.
Dari ukuran tulang panggulnya, para ilmuwan meyakini dia dapat berdiri sesekali untuk menarik pucuk-pucuk daun yang tinggi. Giginya kecil dan tumpul digunakan untuk mengunyah dedaunan.
Macan gigi pedang adalah monster yang mengerikan. Namun predikat monster berukuran tubuh paling besar dan menakutkan yang pernah berburu di daratan pada masa pleistocen layak disandang oleh Short face bear (beruang wajah pendek). Saat berdiri, tingginya bisa mencapai 3,4 meter dan 1,5 meter saat berjalan.
Menurut para ilmuwan, gigi beruang wajah pendek dapat melakukan tusukan yang dalam dan mengakibatkan luka yang besar. Moncongnya yang pendek dan kuat, dibangun oleh rahang yang dapat menghancurkan tulang mangsanya. Diperkirakan ia dapat berburu mammoth dan giant ground sloth.
Menurut ilmuwan, kaki belakangnya yang lebih panjang akan menyulitkan saat berlari cepat untuk berburu kuda stepa dan antelop. Namun gerakannya yang tidak cepat ternyata meningkatkan efisiensi penggunaan energi pada suhu jaman es yang dingin. Binatang ini didesain untuk daya tahan daripada untuk kecepatan.
Beruang wajah pendek dan Macan gigi pedang merupakan pemangsa puncak yang mematikan. Namun mereka tidak mampu mengejar binatang herbivora, seperti kuda stepa, antelop dan bison. Anatomi tubuh mereka hanya cocok untuk menyergap mangsa yang besar dan lambat, seperti mammoth dan sloth tanah raksasa. 
Saat orang-orang clovis datang ke Amerika Utara, mereka mulai memburu mammoth dan sloth tanah raksasa. Ukuran tubuhnya yang besar, gerakannya yang lambat dan tidak dilengkapi dengan sistem pertahanan yang baik, menjadikan mammoth dan giant ground slots rentan untuk diburu. Kelemahan ini dapat menjadi alasan kuat bagi orang-orang clovis untuk menempatkan mammoth dan sloth tanah raksasa sebagai buruan utama mereka.
Menurut catatan fosil yang dipelajari para ilmuwan, seratus tahun kedatangan manusia ke Amerika Utara, 30 jenis hewan musnah, termasuk Mammoth, sloth tanah raksasa, kuda dan unta. Teori yang paling masuk akal dan paling diyakini oleh para ilmuwan tentang penyebab kepunahan binatang-binatang ini adalah perburuan secara intensif yang dilakukakan orang-orang Clovis.
Bila dalam seratus tahun semenjak kedatangan manusia mammoth dan giant ground slots punah, maka pemangsa merekapun seperti beruang wajah pendek dan macan gigi pedang tidak dapat bertahan.

Predator Di surga Para Burung
Selandia Baru adalah daratan terakhir yang ditemukan manusia. Sejak berpisah dari daratan Australia dan Antartika 80 juta tahun yang lalu, Selandia Baru menjadi pulau yang menyendiri dan terisolasi dari dunia lain. Pulau ini didominasi oleh burung, dan tidak memiliki predator yang hidup merayap dipermukaan tanah. Sehingga kegiatan makan dan bersarang di tanah menjadi aman. Menurut teori evolusi, kondisi ini menjadi salah satu alasan mengapa banyak ditemui burung yang telah kehilangan kemampuan terbangnya.
Pada abad 13 masehi, Suku Maori adalah manusia pertama yang menginjakan kakinya di Selandia Baru. Mereka bermigrasi dari Polinesia, dipimpin oleh seorang pelopor yang bernama Pupe. Ia menjuluki selandia Baru sebagai Aotearoa (tanah dari awan putih yang panjang).
Pemangsa puncak di pulau ini bukanlah penguasa daratan, tetapi penguasa udara. Haast Eagle (elang Haast) adalah pemangsa udara yang paling mematikan sepanjang masa. Diperkirakan bobot Elang Haast betina bisa mencapai 15 kilogram dan jantannya 10 kilogram. Dengan rentang sayap hingga 3 meter, menobatkannya sebagai elang terbesar yang pernah hidup di bumi. Kakinya yang besar dan berotot, dilengkapi dengan cakar yang panjangnya hingga 60 mm, sangat cocok untuk berburu binatang raksasa seperti Giant Moa (Moa raksasa) bahkan manusia!
Bagi suku Maori, pemangsa udara yang dijuluki Pouakai ini begitu menyeramkan. Terdapat kisah teror dari Suku Maori yang menceritakan tentang perburuan manusia yang dilakukan elang Haast. Korban buruannya akan dibawa ke sarangnya sebagai santapan anak-anaknya. Menurut para ilmuwan, elang Haast mampu membunuh manusia. Kisah pembunuhan manusia oleh elang Haast kemungkinan besar terjadi karena mangsa utamanya, Moa raksasa telah semakin langka karena perburuan manusia.
Moa raksasa adalah sejenis burung raksasa, berleher panjang dan tidak bisa terbang. Dari fosil yang berhasil dipelajari, tinggi moa raksasa dewasa bisa mencapai 3 meter dan berbobot hingga 250 kilogram. Ukuran kakinya sebesar kaki sapi. Pada tubuh Moa raksasa tidak ditemukan sedikitpun sayap, hal ini berbeda dengan burung yang tidak bisa terbang lainnya yang hidup di Selandia Baru.
Moa raksasa tidak memiliki sistem pertahanan untuk melindungi diri dari pemangsanya, elang Haast. Leher Moa raksasa yang panjang merupakan bagian tubuh yang paling rentan terhadap sergapan cakar elang Haast. Dari fosil yang berhasil dipelajari, terlihat kerusakan yang parah pada struktur tulang belakang Moa raksasa. Diperkirakan, ini disebabkan oleh cakar elang Haast. Cakar elang Haast yang mengenai punggung Moa raksasa, dapat menembus dan merobek organ dalam mangsanya. Sehingga Moa raksasa akan mati kehabisan darah.
Telur Moa raksasa berukuran 100 kali lebih besar dari telur ayam. Diperlukan waktu 7 tahun bagi anak moa raksasa yang baru menets untuk mencapai ukuran dewasa. Oleh sebab itu proses pertumbuhan dan regenerasi moa raksasa tergolong lambat.
Tanah Selandia Baru tidak sesubur tanah di tempat kelahiran suku Maori, Polinesia. Tanaman yang khusus di bawa suku Maori untuk dibudidayakan di surga burung ini gagal tumbuh dengan baik. Suku Maori terancam krisis pangan. Pada kondisi sulit ini, suku Maori terpaksa memenuhi kebutuhan hidupnya melalui berburu Moa raksasa. Dagingnya yang berlimpah, gerakannya yang lambat dan tidak memiliki sistem pertahanan dari serangan pemangsa, menjadikannya sebagai buruan yang paling potensial bagi memenuhi kebutuhan pangan suku Maori.
Dari sekian banyak fosil Moa raksasa yang ditemukan, terbukti bahwa manusia pernah memburu dan memasaknya. Di lingkungan suku Maori terdapat cerita bahwa dahulu kala nenek moyang mereka pernah berburu burung yang sangat besar untuk dimakan.
Perburuan Moa raksasa secara besar-besaran tidak bisa diimbangi dengan kemampuan regenerasinya yang lambat. Dalam kurun waktu kurang dari 100 tahun semenjak suku Maori menginjakan kakinya di Selandia Baru, Moa raksasa punah. Hal ini berakibat langsung pada elang Haast yang tidak memperoleh sumber makanan utamanya.
Manusia Predator Sejati
Cakar dan taring-taring “monster”raksasa yang mematikan, tidak menggoyahkan kedudukan manusia sebagai predator sejati sepanjang masa. Predator yang telah lolos uji saat menghadapi Megalania, pemangsa puncak di Australia 65 ribu tahun yang lalu. Dapat “mematahkan” dominasi taring-taring mammoth, cakar beruang wajah pendek dan gigi saber-toothed cats di Amerika Utara. Bahkan reputasi Elang Haast, pemangsa udara yang ditakuti oleh manusia, dapat ditaklukan.
Sebagian orang bijak berpendapat,”kekuatan yang besar memiliki tanggung jawab yang besar.”Tentu, manusialah yang paling tepat disebut mahluk penyandang kekuatan terbesar diantara mahluk lainnya. Ini artinya kita tidak harus melulu mengeksploitasi alam karena kedigdayaannya. Tetapi alam dapat dijadikan sarana untuk menunjukan betapa bertanggung jawabnya kita, dengan melestarikan kehidupan di dalamnya.

1 komentar:

Bagaimana komentar anda tentang artikel ini