Senin, 14 Mei 2012

Kemampuan Berbahasa dan Pergaulan Siswa

Oleh : Septiardi Prasetyo
          Guru MI At-Taufiq, Kota Bandung


Bila kita amati pergaulan anak-anak dan remaja saat ini, pemakaian bahasa yang baik dan benar masih jauh dari harapan. Ini bisa kita ketahui dari gaya bicara mereka saat berinteraksi dengan teman-temannya. Hingga pemilihan kata saat mereka berkomunikasi dalam situs jejaring sosial seperti Facebook. Mengamati sample fenomena tersebut muncul pertanyaan yang menggelitik rasa ingin tahu penulis,”Apakah bahasa yang baku tidak cocok diterapkan bagi pergaulan remaja? Ataukah pendidikan bahasa kita belum mampu menyentuh konteks pergaulan remaja saat ini?”
Kompetensi berbahasa Indonesia para siswa tidak hanya diukur pada kemampuan aspek membaca dan menulis saja. Tetapi melibatkan aspek berbicara dan mendengarkan. Keempat kompetensi berbahasa tersebut merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Pemahaman yang baik tentang struktur bahasa dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan pilar utama bagi kemampuan berbahasa para siswa.
Ada kecenderungan, siswa menganggap pemakaian bahasa yang baik dan benar hanya digunakan pada kegiatan formal saja. Seperti kegiatan belajar-mengajar di kelas, penyusunan karya tulis dan lain-lain. Sedangkan di luar itu, mereka dapat berekspresi dengan gaya bahasa mereka sendiri. Tanpa menerapkan rambu-rambu EYD.
Kebebasan berekspresi merupakan bagian dari kreativitas. Begitupun dengan gaya bahasa remaja saat ini yang merupakan bentuk kreativitas yang perlu kita apresiasi positif. Walaupun begitu, bahasa gaul yang biasa diterapkan anak-anak dan remaja menyisakan beberapa ganjalan bagi kita semua. Ganjalan tersebut antara lain:
Pertama, bahasa gaul diterapkan sama pada semua orang. Untuk menerapkan bahasa gaul mereka tidak perlu mempertimbangkan faktor usia, status dan kedudukan lawan bicaranya. Sehingga bila seorang siswa Sekolah Dasar(SD) berinteraksi dengan siswa Sekolah Menengah, keduanya akan menggunakan gaya bahasa yang sama. Tanpa memperhatikan penggunaan bahasa kepada orang yang lebih tua atau lebih muda.
Kedua, kesalahan dalam melakukan interpretasi informasi yang diterima. Bahasa gaul memiliki struktur bahasa yang bebas dan seringkali hanya dipahami oleh komunitas tertentu saja. Tidak jarang muara dari kesalahpahaman antar remaja adalah dari kesalahan menginterpretasikan informasi yang diterimanya.
Ketiga, diidentikan dengan bahasa kasar. Bahasa gaul merupakan hasil akulturasi dan interaksi antar remaja. Penerapannya yang bebas seringkali melibatkan unsur-unsur bahasa yang tidak layak diucapkan secara bebas. Hal ini diperparah lagi dengan lemahnya pengawasan dan bimbingan antar sesama remaja dalam komunitasnya.
Keempat, tidak memiliki nilai estetis. Karena fungsi bahasa jenis ini hanya menekankan pada aspek ketersampaian informasi secara lugas dan instan. Begitupun dengan gaya bahasa yang terkesan monoton yang lebih mengutamakan aspek kesenangan saat mengucapkannya.
Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman bahasa daerah yang luar biasa kaya. Tidak satupun bangsa di dunia yang memiliki kekayaan bahasa seperti di negeri kita. Di setiap bahasa daerah tersebut terdapat karya-karya sastra yang sangat indah. Dalam berbagai jenis pantun, sajak, peribahasa, kata mutiara, puisi, dan cerita rakyat dan lain sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda tentang artikel ini