Guru MAN di Cianjur
Artikel ini pernah dimuat di rubrik Forum Guru
Koran Pikiran Rakyat, Jumat 16 Maret 2012
Kian menurunnya
peminat program studi Dirasah Islamiyah atau keagaman diperguruan tinggi yang
disinyalir harus mendapat perhatian khususkarena setiap tahun selalu berkurang
mahasiswanya (“PR”, 15/3/12),
bukan semata dampak dari kalah pamornya
prodi keagamaan dari prodi umum di perguruan tinggi. Penyebab lain, salah
satunya, karena kian terhempasnya prodi keagamaan pada tingkat madrasah.
Hingga kini,
pengembangan prodi keagamaan belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.
Masih ada sekeranjang probelmatika rumit. Misalnya, menyangkut teknis
pelaksanaan ujian nasional, kapasitas sumber daya insani (pendidik dan tenaga
kependidikan) dan infrastruktur pendukung.
Di Kabupaten
Cianjur, dari sekitar 46 madrasah aliah atau sekitar 0,89 persen dari total
4.687 madrasah aliah se-Indonesia, hanya satu yang membuka prodi keagamaan,
dengan jumlah peminat yang kalah jauh dari prodi IPAdanIPS. Enggannya
madrasah membuka prodi keagamaan
memberikan dampak pengiring terhadap fenomena kian menurunnya peminat prodi
keagamaan di perguruan tinggi.
Masalah itu
dapat dianalisis dari dua perspektif, yakni perspektif mikro dan makro. Secara
mikro minimnya madrasah yang mengembangkan prodi keagamaan bisa karena
berlakunya hukum permintaan (demand)dan
penawaran (supply). Dari sisi
permintaan, rendahnya permintaan dari siswa yang memilih prodi keagamaan bisa
jadi karena faktor kemasan (packaging)
yang ditawarkan madrasah tidakmenarik simpati siswa. Variable kemasan yang
dimaksud adalah terkait dengan racikan
delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Yakni standar isi (khususnya
racikan struktur kurikulum), standar proses, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar pembiayaan, standar penilaian, standar sarana dan
prasarana, serta standar pengelolaan. Jika kedelapan standar itu dipenuhi dan
diracik dengan baik, terlebih standar kompeensi lulusan yang didukung oleh
penguatan kapasitas jejaring madrasah ke dunia kerja, niscaya tingkat
permintaan terhadap prodi keagamaan akan menunjukkan kurva.
Adapun secara
makro, terkait dengan penataan sistem yang memberi peluang lebih banyak -- dari
sekarang ini -- kepada lulusan prodi keagamaan untuk mengaktualisasikan dirinya
di pasar kerja. Tingginya minat siswa untuk masuk prodi umum, khususnyaIPA, karena
stigma positif terkait dengan perkiraan kondisi di masa depan.
Analisis makro
lainnya terkait dengan pembentukan tata kelola pendidikan yang didesain
pemerintah agar lebih mendukung eksistensi prodi keagamaan di madrasah, dalam
hal ini terkait dengan political will,
political budgeting, dan political
action pemerintah, khususnya kementrian yang mengurusi madrasah.
Program beasiswa
yang disebut sejarawan Unpad Mansur Suryanegara sebagai salah satu ramuan
penawar agar prodi keagamaan bangkit dari kelesuannya, harus berkesinambungan
dengan bemberian beasiswa khusus bagi siswa yang memilih program studi
keagamaan di madrasah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana komentar anda tentang artikel ini