Guru PAI di SMO Aisyiyah Rancaekek Kabupaten Bandung
Artikel ini pernah dimuat di rubrik Forum Guru
Koran Pikiran Rakyat, Rabu 14 Maret 2012
Terungkapnya
kasus plagiarsisme di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung
beberapa waktu lalu bukan saja mencoreng nama baik institusi tersebut, tetapi
juga dunia pendidikan pada umumnya. Plagiarisme dinilai mencederai nilai dan
sifat kejujuran yang menjadi tujuan dunia pendidikan.
Ironis memang.
Bagaimana tidak, sejatinyainstitusi pendidikan adalah kawah candradimuka untuk
mencetak generasi bangsa yang mempunyai nilai-nilai luhur seperti kejujuran
dalam sikap dan sifat, keberanian berinovasi, dan keikhlasan mengabdi pada
masyarakat. Cerdas intelektual saja tidak cukup jika tanpa diimbangi kecerdasan
emosional. “Saling berlakukah jujur dalam ilmu dan jangan saling
merahasiakannya. Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat
hukumnya daripada berkhianat dalam harta”. (HR Abu Na’im).
Begitu
pentingnya nilai kejujuran dalam kehidupan, bahkan lebih penting dalam dunia
pendidikan karena kejujuran dalam pendidikan merupakan fondasidanbekal untuk
memasyarakatkan kejujuran yang sudah begitu langka dan mahalnya di negeri kita
ini. Begitu pentingnya nilai kejujuran, konteksnya dalam hal ini adalah apabila
seorang insane akademisi tidak berlaku jujur, dia desebut pengkhianat bahkan
lebih kejam daripada pengkhianatan kepada harta. Mungkin ini yang sering
dilupakan pendidik hingga menganggap tujuan pendidikan hanya sebatas mengejar
nilai matematis hingga sampai ada ungkapan “mengajar itu sulit, tetapi mendidik
itu lebih sulit.”
Terjadinya
berbagai kasus sontekan misal, manipulasi nilai, bahkan plagiarisme, adalah
pelajaran di mana semestinya, bangsa ini berusaha meletakkan kejujuran pada
posisi yang utama. Pentingnya kejujuran harus disuarakan melalui berbagai cara,
terlebih dalam dunia pendidikan.
Hal yang terkait
dengan pendidikan tidak boleh mengabaikan kejujuran terhadap siapa pun. Lembaga
pendidikan semestinya mengutamakankejujuran daripada kecerdasan. Bahkan lembaga
pendidikan harus mampu mengantarkan para lulusannya memiliki dua kekuatan itu
sekaligus, yaitu kejujuran dan kecerdasan. Andaikan harus memilih, kejujuran
harus diutamakan, sebab menjadikan seseorang cerdas ternyata tidak sesulit
mengantarkan orang menjadi jujur.
Begitu
pentingnya kejujuran, suatu hari Nabi Muhammad saw, pernah ditanya oleh
seseorang tentang amalan sekiranya ringan tetap bisa menyelamatkan. Oleh karena
itu, dijawab oleh beliau dengan singkat yaitu jangan berbohong. Jawaban itu
sederhana sekali, tetapi itulah modal utama yang sebenarnya dalam membangun
masyarakat. Semoga ke depan pentingnya kejujuran dihayati dan disadari oleh
para engambil kebijakan yang terkait dengan pendidikan sehingga berbagai kasus
yang menimpa lembaga pendidikan bisa dihilangkan atau setidaknya
diminimalisasi. Dan yang lebih penting, orientasi membuat orang jujur lebih
diutamakan dari sekadar membuat orang cerdas tetapi mengorbankan aspek penting
dalam kehidupan, yaitu kejujuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana komentar anda tentang artikel ini