Kepala Sekolah SMA Al-Muhajirin Purwakarta
Artikel ini pernah dimuat di rubrik Forum Guru
Koran Pikiran Rakyat, Senin 26 Maret 2012
Makanan bergizi
diyakini dapat meningkatkan kinerja intelektual otak. Sebaliknya, makanan yang
tidak sehat karena rendah gizi atau mengandung zat adiktif, dapat menurunkan
kinerja otak, bahkan merusaknya. Penelitian, buku, dan seminar telah banyak
digelar tentang pentingnya nutrisi makanan untuk menjaga kinerja otak agar
tetap baik.
Bagaimana
hubungan makanan dengan karakter yang berada pada ranah psikis manusia? Apakah
pengaruhnya hanya secara intelektual atau juga secara psikis terhadap
kecenderungan moral seseorang? Dalam pendidikan modern dan Barat, tampaknya hal
ini belum mendapat perhatian yang penting. Tetapi, dalam pendidikan Timur,
terutama pendidikan Islam mendapat perhatian.
Argument yang
dibangun mengenai pengaruh makanan terhadap karakter dapat ditelusuri dari dua
paradigma. Pertama, paradigma jantung sebagai pusat kontrol terhadap baik dan
buruknya fisik manusia (jasad). Paradigma ini dapat ditelusuri dalam hadis
sahih yang sangat popular. Nabi Muhammad saw. Bersabda, sesungguhnya yang halal
itu sudah jelas, yang haram sudah jelas. Di antara keduanya adalah perkara yang
syubhat yang tidak diketahui kebayakan orang. Barang siapa yang menjauhinya,
maka dia telah menjaga agama dan kehormatannya. Orang yang terjerumus ke dalam
perkara syubhat, ia akan terjerumus pada perkara haram. Seperti pengembala di
sekitar kawasan hutan lindung, hewan gembalanya rawan makan dari hutan
tersebut. Ingat, setiap raja memiliki kawasan lindungnya sendiri, dan kawasan
lindung Allah adalah larangan-larangan-Nya. Ingatlah, dalam tubuh ada segumpal
darah yang bila baik, baiklah seluruh tubuh, dan bila buruk, buruklah seluruh
tubuh. Ingat, itulah jantung.
Hadis ini dengan
jelas mengaitkan status kehalalan makanan dengan karakter yang menjadi
kehormatan seseorang. Mengonsumsi makanan halal dan menjauhi makanan haram dan
syubhat karenanya menjadi sangat penting dalam pembentukan karakter siswa.
Semua itu dikendalikan oleh jantung (qalb)
yang menjadi pusat peredaran darah dan kontrol kesadaran manusia.
Argument kedua,
dipahami dari paradigma cara kerja setan. Setan yang diyakini dalam semua
ajaran sebagai penyebab segala kejahatan dan keburukan, masuk ke dalam tubuh
manusia melalui aliran darah. Inna
As-syaitaana Yajrii Min Ibni Adam Majra Ad-Damm. Demikian ditegaskan dalam
hadis sahih. Maka, dapat dipahami bahwa kecenderungan berperilaku buruk
dialirkan oleh setan merambahi seluruh tubuh manusia mengikuti aliran darah.
Makanan dalam
hal ini sangat memengaruhi sifat-sifat darah tersebut seperti kadar gula, kadar
oksigen, kolesterol, dan kebekuannya. Komponen darah ini sangat berpengaruh
terhadap kondisi psikis seseorang. Secara sederhana dapat dilihat pada gejala
darah rendah, hipertensi, dan diabetes. Pada kondisi tersebut, kondisi mental juga
ikut berubah. Argument ini memberikan penguatan bahwa makanan memang
berpengaruh terhadap pembentukan karakter.
Dalam konteks pendidikan karakter, uraian di atas
mengisyaratkan pentingnya mengawali upaya pembentukan karakter positif melalui
asupan yang halaldan bergizi bagi anak. Orangtua sebagai guru pertama bagi
anak-anak harus memberikan garansi bahwa makanan dan minuman yang diberikan
berasal dari sumber yang halal dan baik.
owh . . .ternyata faktor makanan juga sangat berpenagaruh yah!!!
BalasHapusthanks atas infonya gan!!!