Guru di MI At-Taufiq, Kota bandung
Artikel ini pernah dimuat di rubrik Forum Guru, Koran Pikiran Rakyat
Jumat 16 Januari 2009
Ketika liburan
sekolah berakhir, siswa akan menanggapinya secara beragam. Ada
yang gelisah karena harus berpisah dengan nenek tercinta di kampung halaman.
Sebagian lagi merasa kecewa dengan berakhirnyakesempatanuntuk bias bermain
sepanjang waktu. Tidak sedikit pula siswa yang merasa tertekan akan
baying-bayang setumpuk aktivitas dan pekerjaan yang akan mereka lalui. Bila
guru harus menghadapi potret-potret suram seperti ini saat hari pertama masuk
kelas, pembelajaran untuk memberikan pencerahan bagi para siswa akan sulit
dilakukan.
Beragamnya sikap
siswa sangat berkaitan erat dengan pola jenis, dan waktu aktivitas yang mereka
lakukan saat liburan sekolah. Kecenderungan yang sering terjadi, siswa tidak
memiliki pola aktivitas yang baku
dalam mengisi liburan sekolah. Sehingga, siswa dengan leluasa bangun siang,
tidak mandi pagi apalagi gosok gigi, tidak belajar di Rumah dan beragam
aktivitas tidak teratur lainnya.
Begitu pun
aktivitas siswa hanya terpaku ada satu jenis saja, bermain! Yang lebih parah
lagi, aktivitas monoton ini dilakukan sepanjang waktu. Hal ini menjadi
keprihatinan dan harus menjadi perhatian kita bersama. Kita sepakat bahwa dunia
anak adalah dunia bermain. Dunia penuh dengan aktivitas keceriaan, kegembiraan
dan perasaan menyenangkan lainnya. Namun, perasaan-perasaan seperti itu tidak
hanya diperoleh saat siswa bermain saja tetapi bias juga diperoleh saat siswa
bermain saja tetapi bias juga diperoleh saat mereka belajar.
Permasalahannya
bila dunia anak yang penuh kebahagiaan itu diperoleh saat bermain. Tentu sangat
disayangkan bila pemahaman ini yang dipakai untuk mengisi liburan sekolah.
Akibatnya siswa akan merasa bersedih setiap berpisah dengan liburannya. Mereka
merasa terbebani dengan baying-bayang pola aktivitas sekolah yang akan banyak
menyitas waktu bermain mereka. Sehingga, hari pertama masuk sekolah bisa
menjadi momentum paling kritis bagi siswa.
Oleh karena itu,
ketika masuk sekolah, guru harus bias meyakinkan siswanya bahwa pembelajaran
pada semester ini akan lebih menarik, lebih menyenangkan dan penuh dengan
tantangan dibandingkan semester sebelumnya. Tunjukkan pada mereka bahwa belajar
di sekolah tidak kalah menyenangkan dengan liburan sekolah. Ciptakan atmosfer
penuh keceriaan dan kebahagiaan saat di dalam kelas. Lakukanlah dengan daya
kreativitas dan imajinasi masing-masing guru untuk melakukannya. Sejenak,
buatlah para siswa melupakan manisnya musim liburan untu menyongsong musim
sekolah penuh keceriaan.
Studying is fun harus menjadi tema dalam
pembelajaran di hari pertama. Pancinglah antusiasme siswa untuk belajar lebih
semngan. Guru dapat memulainya dengan cara mendeskripsikan secara garis besar
topic-topik pembelajaran dan serangkaian aktivitas yang menarik dan
menyenangkan bagi siswa. Intinya, yakinlah para siswa bahwa belajar di sekolah
jauh dari sifar membosankan, menyulitkan, melelahkan dan kata-kata negative
lainnya. Tunjukkanlah pada para siswa bahwa belajar di sekolah sama dengan
aktivitas yang menyenangkan, menggembirakan, penuh dengan tantangan dan
perasaan positif lainnya yang dapat mengangkat semangat mereka dalam belajar.
Guru dapat
menggunakan hari pertamanya untuk memotivasi siswa dalam memacu prestasi
belajar. Berilah pengertian pada mereka bahwa pada hari ini, mereka semua telah
mengantongi nilai sepuluh di buku rapor masing-masing. Yang harus mereka
lakukan adalah mempertahankannya dari awal masuk sekolah hingga pengujung
semester. Yakinkan mereka bahwa mereka memang mampu dan layak untuk
mendapatkannya.
Motivasi
yangdiberikan pada awal masa sekolah bias menjadi hal yang sangan menentukan
bagi siswa. Karena pada setiap pergantian semester, siswa akan berhadapan
dengan tantangan dan pengalaman baru. Siswa yang termotivasi akan mampu
menjawab tantangan sebagai kesempatan untuk melakukan perubahan kea rah yang
lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana komentar anda tentang artikel ini