Guru di Madrasah Ibtidaiyah At-Taufiq, Kota Bandung
Saat
ini penetrasi informasi dari dunia luar begitu dahsyat. Intensitasnya belum
pernah terjadi diabad-abad sebelumnya. Bagi siswa, mengakses informasi bukan
lagi kendala yang berarti. Kini memiliki barang teknologi informasi tidak
semahal dan sesulit dulu. Mulai dari radio, televisi, telefon, hingga internet telah
memberikan andil yang sangat signifikan dalam mempercepat penyebaran informasi
pada siswa.
Ketika
pemerintah belum berhasil merumuskan suatu kebijakan konsisten dan tegas
tentang bahaya globalisasi informasi ini, maka dunia pendidikan bisa dijadikan
“benteng”terdepan untuk membendung dan mengajarkan kemampuan kepada siswa dalam
menyaring informasi.
Kegiatan
belajar mengajar(KBM) di kelas dapat dijadikan momentum untuk
merealisasikannya. Saat KBM berlangsung, siswa diajak untuk mengungkapkan
pengetahuan, pengalaman, dan pengamatan fenomena dilingkungannya. Kemudian guru
memberikan demonstrasi, ilustrasi, atau percobaan untuk menguji kebenaran dari
pemahaman awal siswanya. Setelah itu, siswa diajak membandingkan pemahaman
mereka dengan demonstrasi, ilustrasi, atau percobaan yang telah disampaikan
guru.
Pada
proses ini, siswa akan terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama, mereka
yang merasa pemahamannya sesuai dengan yang dilakukan guru. Sehigga semakin
kuat dan mendalamlah pemahamannya. Kelompok kedua,mereka yang memiliki
pemahaman yang berbeda dengan fakta yang telah ditunjukan guru. Maka pada siswa
kelompok kedua ini akan mucul konflik kognitif.
Konflik
kognitif ini dapat dijadikan kesempatan bagi guru untuk mengajak siswanya
berdiskusi guna mencari pemecahan masalah. Pada saat diskusi, peran guru adalah
sebagai fasilitator, motivator, dan navigator bagi para siswanya. pada saat
KBM, guru menyediakan waktu khusus untuk kegiatan diskusi. Kemudian guru
menunjukan hal-hal yang telah menjadi perbedaan dalam memahami suatu materi
untuk direspon siswanya melalui diskusi. Saat diskusi berlangsung, guru dapat
mengarahkan siswanya menuju pemahaman yang benar.
Dalam
KBM di atas, guru telah berhasil menggali tiga aspek fundamental yang dimiliki
siswa. Aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap), dan aspek psikomotor
(keterampilan). Pembelajaran di atas merupakan aplikasi dari model pembelajaran
Konstruktivisme(MPK). Model pembelajaran ini sangat cocok bagi siswa yang
setiap hari dihujani beragam informasi dari dunia sekitarnya.
MPK
pertama kali dikemukakan oleh Novick. Ia beranggapan bahwa setiap siswa masuk
ke dalam kelas, mereka datang tidak dengan kepala yang kosong. Artinya, siswa
memiliki pengetahuan awal ketika hendak mempelajari materi pelajaran yang baru.
Pengetahuan awal ini, siswa peroleh dari materi pelajaran yang lalu, informasi
dari lingkungan, pengalaman sehari-hari, dan sebagainya. Pengetahuan awal ini
bisa dijadikan modal bagi guru untuk mengetahui sejauh mana siswa memiliki pengetahuan
yang benar, pengetahuan yang sesuai dengan rumusan para ilmuwan.
Dalam
MPK tipe Novick ini, terdapat tiga fase yang menjadi cirri khasnya. Pertama,
mengungkap konsepsi awal. Kedua, menciptakan konflik kognitif. Ketiga,
mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif. Ketiga fase tersebut harus diselesaikan
dalam satu kali jam pelajaran. Oleh sebab itu, guru dituntut proaktif untuk
mengarah siswanya supaya ketiga fase ini dapat berjalan dengan lancar.
Fase
pertama, mengungkap konsepsi awal. Pada fase ini guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menggali pengetahuan awal siswa. Pertanyaan
ini dapat berhubungan dengan materi sebelumnya atau berhubungan dengan
pengalaman siswa sehari-hari. Pertanyaan ini bisa dilakukan secara lisan maupun
tulisan. Setelah guru mengetahui pengetahuan awal siswa, maka guru mengarahkan
siswanya menuju fase berikutnya.
Fase
kedua, menciptakan konflik kognitif. Pada fase ini guru memberikan beberapa
demonstasi atau percobaan untuk membuktikan kebenaran pengetahuan awal yang
dimiliki siswa. Bagi siswa yang memiliki pengetahuan awal yang benar, maka
semakin bertambahlah pemahaman tentang matri yang sedang dipelajari. Bila
pembuktian berbeda dangan pengetahuan awal siswa, maka ada dua kemungkinan.
Siswa memahami konsep baru sesuai pembuktian atau terjadi konflik kognitif.
Konflik kognitif terjadi karena munculnya perbedan antara pengetahuan awal
dengan demonstrasi atau percobaan yang dilakukan. Oleh sebab itu saatnya masuk
fase ketiga.
Fase ketiga,mengupayakan terjadinya akomodasi
kognitif. Pada fase ini, siswa diajak berdiskusi. Pada tahap ini, guru
mengarahkan siswa kepemahaman yang benar. Tujuan dari keseluruhan proses ini
bisa melatih siswa bersikap kritis terhadap informasi-informasi yang beredar di
sekitarnya.
assalam.... boleh minta referensi tentang pembelajaran novick tidak??
BalasHapustolong dong minta referensi buku tentang novick ... terimakasih :))
BalasHapusowh, ya...maaf saya masih pemula di blog. belum tahu cara memantau pemberitahuan.
BalasHapussaya punya satu buku yang menjelaskan tentang model2 pembelajaran salah satunya model pembelajaran konstruktivisme.
Judul bukunya Model-model Pembelajaran, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Jilid 2.
Atau kalau kamu berada di Bandung, kamu bisa mengunjungi perpustakaan UPI, bagian skripsi. kamu bisa dapat informasi tentang dasar teori, penerapan dan pengembangan model pembelajaran konstruktivisme
kk, saya dr surabaya, mohon dong buku referensi tentang novick.,,
Hapussaya butuh banget buat tugas akhir kuliah...
kalo ada mohon di kirim ke imel saya..
za_ahmad@rocketmail.com
ardhian.ahmad@gmail.com
salam..
BalasHapusbutuh referensi ttg novick niii untuk tugas akhir juga..... :(
Maaf pak, apakah bapak punya buku referensi atau jurnal novick Alternative Frameworks, Conceptual Conflict and Accommodation: toward a Principled Teaching Strategy.
BalasHapusKalau punya, saya minta kesediaan bapak untuk share dengan saya.
Trimakasih :D