Guru IPA Terpadu SMPN 2 Banjarwangi Garut
Artikel ini pernah dimuat di rubrik Forum Guru
Koran Pikiran Rakyat, Rabu 21 Maret 2012
Setiap tanggal
22 Maret diperingati sebagai Hari Air Sedunia. Hari Air Dunia pertama kali
diperingati pada 22 Maret 1993. Tiap tahun, peringatan Hari Air Dunia mengusung
tema yang berbeda. Namun tiap tema Hari Air Dunia pada dasarnya adalah
menyoroti dan menekankan pentingnya air bagi kehidupan manusia di bumi.
Penting untuk
diketahui bersama bahwa sebagian besar manusia menguunakan air bersih yang
bersumber dari air tanah. Air tanah merupakan sumber air bersih (selama tidak
tercemar) yang terdapat pada pori-pori dan celah-celah batuan. Air ini meresap
ke dalam tanah hingga beberapa puluh meter di bawah permukaan bumi.
Ironisnya, mutu
dan jumlah air tanah cenderung menurun. Perlu diketahui bahwa kondisi air tanah
bisa kritis dan tercemar. Hal tersebut sebenarnya sudah terjadi dibeberapa
wilayah di Indonesia.
Apabila tidak ada tindakan untuk menyelamatkan air tanah maka tidak mustahil
cadangan air tanah yang bersih akan habis.
Ditambah lagi
jumlah pepohonan yang minim telah memperparah peresapan air hujan sehingga
menurunkan jumlah cadangan air tanah. Pepohonan berfungsi sebagai pelambat
sekaligus penyerap aliran air hujan. Jumlah pepohonan yang sedikit
mengakibatkan air hujan melimpas dan sangat sedikit yang terserap ke dalam
tanah, sehingga ketersediaan air tanah menjadi sangat sedikit.
Sementara itu,
semain banyaknya pemakaian pompa sumur bor dan penyedotan air bawah tanah yang
berlebihan untuk industri merupakan perilaku eksploitasi yangbisa menimbulkan
tanah ambles dan penurunan permukaan tanah karena ketidakseimbangan antara
pengambilan air tanah dan penambahannya secara alamiah.
Fenomena
berkurangnya air tanah ini harus segera diatasi dengan tindakan dan kebijakan
yang mengarah pada usaha penyelamatan air tanah. Salah satu upaya yang bisa
kita lakukan adalah memelihara air tanah dengan cara meresapkan air hujan ke
dalam tanah sebanyak-banyaknya. Kita bisa membuat lubang-lubang pada tanah
untuk mempercepat peresapan air hujan, dan mendesain arsitektur rumah yang
berkontribusi meresakan air hujan.
Sebenarnya upaya
menyelamatkan air tanah tidaka selalu dijawab dengan teknologi, tapi juga
dengan pola piker masyarakat Indonesia
tentang pentingnya melestarikan air bersih. Kebijakan itu bisa diterjemahkan
lewat penggunaan toilet hemat air ataupun kebiasaan sekali bilas. Hal itu dapat
berdampak pada pengurangan jumlah air kotor yang dibuang, yang selama ini
jumlahnya sangat besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana komentar anda tentang artikel ini