Sabtu, 14 April 2012

Disiplin Tanpa Hukuman

Oleh : Edi Kusmawan, S.Ag
          Guru di MI At-Taufiq, Kota Bandung
          Artikel ini pernah dimuat di rubrik Suluh
          Koran Tribun Jabar, Jumat 23 Oktober 2009


Suatu hari, seorang siswa terlambat datang ke sekolah. Untuk menjaga ketertiban dan penegakan aturan sekolah, siswa tersebut dihukum. Untuk memberikan efek jera, siwa diperingatkan bahwa hukuman akan lebih berat lagi bila siswa tersebut mengulangi perbuatannya.
Bila kita renungkan, seberapa efektifkah upaya guru dalam mendisiplinkan siswa tersebut melalui hukuman? Kemudian, sampai kapan hukuman tersebut akan efektif? Ilustrasi di atas merupakan upaya penegakan disiplin melalui paksaan hukuman yang diterapkan bersifat memaksa dan cenderung kaku. Menurut psikolog Latif. S,”Disiplin itu merupakan suatu upaya pengendalian diri secara paksaan, dikaitkan dengan hukuman dan paksaan.”
Berdasarkan oengalaman, menegakkandisiplin melalui hukuman in terbukti efektif. Karena,  siswa cenderung cepat beradaptasi dalam menaati rambu-rambu dan norma-norma yang berlaku di sekolah. Hal ini akan memudahkan guru dalam menjalankan peran dan fungsinya di sekolah. Namun ada beberapa hal yang perlu diwaspadai jika hanya mengandalkan penegakan disiplin model ini.
Pertama, siswa mengidentikkan disiplin dengan upayamenghindar dari hukuman. Contoh, bagi siswa, membuang sampah sembarangan di lingkungan sekolah merupakan perilaku tidak disiplin. Ini artinya, hukuman bagi setiap pelanggar aturan.oleh sebab itu, sebisa mungkin para siswa akan menaati aturan karena takut dihkum. Tapi kemudian muncul pertanyaan, apakah penerapan penegakan disiplin model ini efektif juga ketika siswa di luar lingkungan sekolah, di mana pengawasan dan kepedulian masyarakat akan kebersihan masih relatif rendah?
Kedua, penerapan disiplin dengan paksaan tidak mampu mengubah perilaku dan karakter yang dimiliki siswa. Dalam media pemberitaan, kita sering menyaksikan berbagai kasus kenakalan remaja. Bila ditelusuri, ternyata siswa-siswa tersebut termasuk siswa yang taat dalam menegakan aturan yang berlaku di sekolah. Tetapi ketika mereka keluar dari lingkungan sekoalh, kasus kenakalan remaja selalu terjadi.
Ketiga, tidak memiliki inisiatif dalam berdisiplin. Siswa merasa perilaku disiplin adalah dorongan dari luar, bukan dari dalam dirinya. Mereka mengidentikkan disiplin sebagai upaya yang harus selalu diawasi dan pelanggarnya akan memperoleh konsekuensi atau hukuman.
Keempat, bagi siswa perilaku disiplin merupakan beban, hal ini disebabkan perilaku disiplin yangterbentuk pada diri siswa tidak disertai pemahaman akan manfaat dan keuntungan dari perilaku disiplinnya sehingga perilaku disiplin bukanlah panggilan dari dalam hati mereka, tetapi sebuah paksaan yang membebani pikiran dan perasaan mereka.
Menerapkan disiplin melalui paksaan hanya efektif dilakukan pada lingkungan yang selalu diawasi dan dalam ruang lingkup yang sempit. Siswa yang terbiasa disiplin di sekolah belum tentu sanggup menerapkannya di luar sekolah. Oleh sebab itu, diperlukan suatu upaya untuk menumbuhkan sifat disiplin siswa berdasarkan kesadarannya. Maksud kesadaran ini adalah para siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang manfaat-manfaat yang dapat diperoleh bila menerapkan dan mengimplementasikannya di sekolah dan di lingkungan sekitar mereka. Siswa pun memahami kerugian yang bisa ditimbulkan bila tidak menerapkannya.
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk menerapkan disiplin tanpa hukuman. Pertama, berilah para siswa contoh perilaku disiplin melalui pola sikap para guru di sekolah. Seperti kata pepatah, “pengalaman adalah guru yang paling bijak.” Dan bagi siswa, pembelajaran disiplin melalui contoh langsung dari para guru lebih memotivasi mereka untuk meniru perilaku yang sama.
Kedua, berikan pemahaman tentang keuntungan dan kerugian dari penerapan disiplin di sekolah dan di luar sekolah. Penjelasan yang diberikan dapat didekati dari berbagai sudut pandang ilmu. Contoh, ajak siswa untuk berperilaku bersih dengan cara membuang sampah pada tempatnya karena perilaku tersebut merupakan cerminan dari seorang yang berpendidikan. Dalam perspektif agama, kebersihan adalah sebagian dari iman. Dan guru pun dapat menjelaskan manfaat dari perilaku disiplin dalam membuang sampah ini dalam berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan.
Ketiga, berikan kesempatan kepada para siswa dalam mengapresiasikan perilaku disiplinnya. Jangan biarkan mereka sendirian tanpa diberi wadah untuk mengapresiasikan perilaku disiplinnya. Misal, guru mengadakan jadwal piket piket untuk kebersihan kelas.
Keempat, sediakan sarana dan prasarana yang memadai. Ada kalanya siswa tidak berperilaku disiplin karena pihak sekolah tidak menyediakan fasilitas yang memadai. Misal, siswa dimotivasi untuk membuang sampah pada tempatnya. Tetapi karena tidak tersedia tempat sampah yang memadai, akhirnya siswa membuang sampah bukan pada tempatnya.
Kelima, berikan penghargaan kepada siswa yang menegakkan perilaku disiplin. Penghargaan ini penting diberikan untuk meningkatkan motivasi mereka dalam berdisiplin. Selain itu, penghargaan ini sebagai bukti perhatian guru dan sekolah kepada para siswa yang telah berusaha berperilaku disiplin.

1 komentar:

  1. Saya pikir artikel ini sangat normatif dan terlalu teoritis, dan sangat abstrak jika dikaitkan dengan praktek nya yg sangat kompleks. :)

    BalasHapus

Bagaimana komentar anda tentang artikel ini