Kamis, 12 April 2012

Makanan dan Pembentukan Karakter Siswa

Oleh : R. Marpu Muhidin Ilyas
          Kepala Sekolah SMA Al-Muhajirin Purwakarta
          Artikel ini pernah dimuat di rubrik Forum Guru
          Koran Pikiran Rakyat, Senin 26 Maret 2012
 

Makanan bergizi diyakini dapat meningkatkan kinerja intelektual otak. Sebaliknya, makanan yang tidak sehat karena rendah gizi atau mengandung zat adiktif, dapat menurunkan kinerja otak, bahkan merusaknya. Penelitian, buku, dan seminar telah banyak digelar tentang pentingnya nutrisi makanan untuk menjaga kinerja otak agar tetap baik.
Bagaimana hubungan makanan dengan karakter yang berada pada ranah psikis manusia? Apakah pengaruhnya hanya secara intelektual atau juga secara psikis terhadap kecenderungan moral seseorang? Dalam pendidikan modern dan Barat, tampaknya hal ini belum mendapat perhatian yang penting. Tetapi, dalam pendidikan Timur, terutama pendidikan Islam mendapat perhatian.
Argument yang dibangun mengenai pengaruh makanan terhadap karakter dapat ditelusuri dari dua paradigma. Pertama, paradigma jantung sebagai pusat kontrol terhadap baik dan buruknya fisik manusia (jasad). Paradigma ini dapat ditelusuri dalam hadis sahih yang sangat popular. Nabi Muhammad saw. Bersabda, sesungguhnya yang halal itu sudah jelas, yang haram sudah jelas. Di antara keduanya adalah perkara yang syubhat yang tidak diketahui kebayakan orang. Barang siapa yang menjauhinya, maka dia telah menjaga agama dan kehormatannya. Orang yang terjerumus ke dalam perkara syubhat, ia akan terjerumus pada perkara haram. Seperti pengembala di sekitar kawasan hutan lindung, hewan gembalanya rawan makan dari hutan tersebut. Ingat, setiap raja memiliki kawasan lindungnya sendiri, dan kawasan lindung Allah adalah larangan-larangan-Nya. Ingatlah, dalam tubuh ada segumpal darah yang bila baik, baiklah seluruh tubuh, dan bila buruk, buruklah seluruh tubuh. Ingat, itulah jantung.
Hadis ini dengan jelas mengaitkan status kehalalan makanan dengan karakter yang menjadi kehormatan seseorang. Mengonsumsi makanan halal dan menjauhi makanan haram dan syubhat karenanya menjadi sangat penting dalam pembentukan karakter siswa. Semua itu dikendalikan oleh jantung (qalb) yang menjadi pusat peredaran darah dan kontrol kesadaran manusia.
Argument kedua, dipahami dari paradigma cara kerja setan. Setan yang diyakini dalam semua ajaran sebagai penyebab segala kejahatan dan keburukan, masuk ke dalam tubuh manusia melalui aliran darah. Inna As-syaitaana Yajrii Min Ibni Adam Majra Ad-Damm. Demikian ditegaskan dalam hadis sahih. Maka, dapat dipahami bahwa kecenderungan berperilaku buruk dialirkan oleh setan merambahi seluruh tubuh manusia mengikuti aliran darah.
Makanan dalam hal ini sangat memengaruhi sifat-sifat darah tersebut seperti kadar gula, kadar oksigen, kolesterol, dan kebekuannya. Komponen darah ini sangat berpengaruh terhadap kondisi psikis seseorang. Secara sederhana dapat dilihat pada gejala darah rendah, hipertensi, dan diabetes. Pada kondisi tersebut, kondisi mental juga ikut berubah. Argument ini memberikan penguatan bahwa makanan memang berpengaruh terhadap pembentukan karakter.
Dalam konteks pendidikan karakter, uraian di atas mengisyaratkan pentingnya mengawali upaya pembentukan karakter positif melalui asupan yang halaldan bergizi bagi anak. Orangtua sebagai guru pertama bagi anak-anak harus memberikan garansi bahwa makanan dan minuman yang diberikan berasal dari sumber yang halal dan baik.

1 komentar:

  1. owh . . .ternyata faktor makanan juga sangat berpenagaruh yah!!!
    thanks atas infonya gan!!!

    BalasHapus

Bagaimana komentar anda tentang artikel ini