Sabtu, 07 April 2012

Menyikapi Keunikan Sang genius

Oleh : Septiardi Prasetyo
          Guru di MI At-Taufiq, Kota Bandung
          Artikel ini pernah dimuat di Rubrik Forum Guru
          Koran Pikiran Rakyat, 8 Juni 2009


Setiap siswa memiliki potensi dan kompetensi yang unik. Kondisi ini tidak terlepas dari begitu beragamnya factor lingkungan yang berinteraksi dengan siswa. Keberagaman factor lingkungan sekitar siswa berhubungan erat dengan tidak homogennya latar belakang budaya, adatistiadat, norma dan nilai-nilai yang berlaku. Begitu pun dengan semakin kuatnya arus globalisasi bidang informasi dan telekomunikasi, juga memperluas jangkauan interaksi para siswa.
Bagi guru, keunikan karakter yang dimiliki siswa bias menjadi factor penghambat saat kegiatan belajar-mengajar (KBM). Sebab, setiap siswa memerlukan perhatian dan penanganan yang berbeda. Halini memberikan tantangan tersendiri bagi guru yang menginginkan siswanya tetap unggul dalam setiap keunikan karakter.
Bila menyimak sejarah kehidupan seorang ilmuwan paling genius abad ke-20, Albert Einstein, kita akan menemukanfakta menarik bahwa ketika masih kecil, ia diketahui memiliki keterlambatan perkembangan secara emosional. Dia dikenal sebagai anak pendiam, pemalu, dan malas belajar. Walaupun memiliki hasil belajar yang buruk di sebagian besar mata pelajaran sekolahnya, tetapi ia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam pelajaran matematika.
Ketika ituguru-gurunya menyadari potensi cemerlang Einstein. Mereka menodorongnya untuk lebih mendalami kemampuan matematikanya dan tidak memaksakan diri untuk memiliki pencapaian yang sama untuk mata pelajaran lainnya. Akhirnya, dengan bermodalkan kemampuan matematika yangspektakuler, para guru Einstein memperjuangkan mati-matian supaya Einstein dapat melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Bila saat itu Einstein dipaksa untuk memiliki kompetensi dasar yang merata untuk seluruh mata pelajaran sekolahnya maka adakemungkinan ia tidak akan pernah menjadi ilmuwan seperti sekarang ini.
Sepenggal kisah Einstein di atas memberikan beberapa pelajaran yang sangat penting bagi kita (guru). Pertama, setiap siswa memiliki karakter yangunik dalam al potensi dan kemampuan belajarnya di sekolah. Sebab, setiap karakter yang terdapat pada seseorang merupakan “sidik jari psikologis” yang menjadi cirri khas dan pembeda dengan manusia lainnya. Tugas kita adalah menemukan keungulan yang dimiliki para siswa, kemudian megngembangkannya supaya menjadi karakter yang dominan.
Kedua, guru berperan sebagai motivator bagi para siswanya. Sebagai motivator, guru dituntut mampu menangkap persoalan-persoalan belajar yang dihadapi siswa. Dengan mengetahui dan memahami letak permasalahan yang dihadapi siswa, diharapkan guru dapat memberikan solusi dan motivasi yang tepat bagi mereka. Dalam sejarah kehidupan Einstein, gurunya telah berhasil mengidentifikasikan kesulitan belajar Einstein. Namun, guru-gurunya tidak terburu-buru mengecap Einstein sebagai guru yang bodoh dan terbelakang. Mereka menjadikan matematika sebagai solusi bagi permasalahan belajar Einstein.
Ketiga, guru sebagai fasilitator. Seorang guru dituntut mampu menjembatani siswa dengan cita-citanya. Atinya, guru dan sekolah dituntut proaktif dalam mengantarkan siswa ke jenjang pendidikan selanjutnya sesuai dengan potensi dan kompetensinya.
Setiap siswa diciptakan Allah SWT dengan segenap keunikankarakter. Tugas setiap guru adalah menemukan letak kesempurnaan karakter siswanya, kemudian mengembangkan dan mengarahkannya supaya bias menjadi solusi bagi kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda tentang artikel ini