Kamis, 12 April 2012

Fenomena Bimbingan Belajar

Oleh : Yeni Yuniarti
          Guru IPS di SMKN 14 Bandung
          Artikel ini pernah dimuat di rubrik Forum Guru
          Pikiran Rakyat, Sabtu 7 April 2012
 

Bagaimana kita memahami fenomena pembelajaran instant yang disuguhkan berbagai macam lembaga bimbingan-bimbingan belajar pada anak-anak kita?
Melihat begitu ketatnya persaingan antara siswa kelas VI, IX, dan XII menjelang Ujian Nasional  dan SNMPTN membuat para orang tuua murid menempuh berbagai cara untuk mendapatkan nilai yang baik. Menjamurnya bimbingan belajar selama ini bagaikan lahan bisnis yang baru untuk beberapa pihak. Pemahaman dan konsep mendidik Tut Wuri Handayani seakan tidak berlaku lagi. Konsep pembelajaran di bimbingan belajar seperti prses produksi yang menuntut suatu hasil optimum pada jangka waktu yang singkat, tanpa menekankan pada bagaimana pemahamandan pendalaman teori yang dipergunakan.
Apakah sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertanggung jawab dengan semakin ramainya para siswa masuk di lembaga-lembaga pendidikan nonformal seperti bimbingan belajar? Apakah indikasi ini menunjukkan bahwa sekolah tidak memfasilitasi metode-metode pembelajaran yangcepat dan mudah diadaptasi oleh para siswanya?
Jika alokasi waktu yang sempit di sekolah sebagai alas an utama para guru dalam menyampaikan materi, lembaga-lembaga bimbingan belajar bisa dianggap sebagai jalan keluar bagi siswa yang ingin lebih mendalami berbagai jenis soal beserta pemecahannya. Selama inni sswa di lembaga belajar sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mengerjakan berbagai bentuk latihan soal dengan berbagai bentuk latihansoal dengan berbagai cara pendekatan pengerjaan soal yang cepat dan singkat. Di samping itu, pengenalan rumus-rumus yang lebih mudah penerapannya membuat siswa tertantang untuk lebih cepat dalam pengenalan soal.
Hal ini menjadi pemicu utama menjamurnya lembaga bimbingan belajar. Bagi orang awam, mungkin itulah yang selama ini dicari karena kemampuan mengerjakan soal lebih cepat dan benar menjadi target utama untuk mendapatkan nilai yang baik.
Cara belajar yang instant itu sebatas pada cara menghafalmateri dan mengerjakancoal dengan benar sehingga sebagian besar penilaian pun terpaut pada kedua hal tersebut tanpa kita ketahui proses belajarnya. Dengan begitu, ada mata rantai yang hilang yang menyebabkan proses belajar menjadi arena penilaian berupa “angka” tanpa melihat bagaimana angka itu didapatkan.
Sementara “mental pembelajar” yang kita harapkanada pada para siswa sebagai motivator utama dalam mengeksplorasi dan mengembangkan daya juang serta cita-citanya, tidak terasah dengan baik. Oleh sebab itu, banyak siswa yang ahli dalam mengerjakan soal, tetapi tidak mempunyai mental untuk mempelajari dan menganalisis materi secara mendalam. Hal itu menyebabkan tumpulnya kemampuan berpikir kritis.
Sudah saatnya lembaga bimbingan belajar kembali kepada arti harfiahnya “bimbingan belajar”. Artinya, bagaimana melakukan bimbingan cara-cara belajar yang baik melalui pendekatan yang berbeda pada setiap individunya sehingga dapat maksimal dalam mengembangkan potensi siswa, sekaligus menjadikan lembaga-lembaga itu sebagai lembaga konsultasi dalam pemecahan kesulitan belajar dan penyaluran berbagai macam potensi.
Pada akhirnya, orang tua dan gurulah yang harus berperan aktif dalam memberikan bimbingan dan arahan yang sesuai dengan bakat dan potensi anak. Kesiapan mental pembelajar harus ditanamkan sejak dini karena pembelajaran yang instant hanya bertahan pada pembentukan mental berkompetisi. Padahal, pendidikan adalah proses panjang dan bertahap yang membutuhkan individu-individu yang mampu menganalisis, berpikir kritis, berwawasan, dan berkarakter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda tentang artikel ini